Siluet Senja (Dalam Antologi "Mengapa Harus Valentine?")

Judul Buku     : Mengapa Harus Valentine?
Penulis            : Naqiyyah Syam, dkk
Penerbit          : Indie Publishing
Tahun terbit    : Februari 2012
Tebal               : xxi+252 Halaman
ISBN               : 978-602-9142-49-5
Harga              : -

 Siluet Senja (halaman 186)

Dalam keremangan senja, Aini terlihat tergesa di jalanan. Sejenak lalu Aini mendapati seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA tengah duduk di tepi trotoar. Penasaran, Aini pun mendekati si gadis.

“Permisi, Dik. Sedang apa maghrib-maghrib begini di jalanan???”

“Mbak Aini?” Si gadis langsung memeluk Aini. Sikapnya yang tiba-tiba, membuat Aini terkejut. Dipandanginya lekat-lekat wajah si gadis. Mengamati siapa gerangan gadis di ujung senja itu.

“Astaghfirullahal’adziim Dik Liana.... Kamu kenapa, sayang?? Ayo bangun... Mbak antarin kamu pulang, ya??”

“Aku nggak mau pulang Mbak... Mama jahat... Aku benci mama...” Gadis yang ternyata bernama Liana, semakin terisak dalam pelukan Aini.

“Liana nggak boleh ngomong seperti itu ah... Mama pasti sayang banget kok sama dik Liana... Kalau Dik Liana nggak mau pulang, sekarang Dik Liana ikut Mbak saja ya ke kostan Mbak??? Nanti biar Mbak memberi tahu Mamamu bahwa malam ini kamu menginap di kostan Mbak...”

“Jangan kasih tahu Mama, Mbak...!! Biar saja Liana pergi... Liana nggak mau ketemu Mama....”

“Ya sudah kalau itu mau kamu. Tapi nanti kamu ceritakan apa masalahmu setelah kita sampai di kostan Mbak ya??” Ucap Aini penuh kasih. Ia merasa iba terhadap gadis berusia lima belas tahun yang ia kenal di sebuah acara penyuluhan di mana Liana sekolah. Saat itu Aini sebagai salah satu pembicara di acara penyuluhan tersebut. Sejak saat itu, Aini memang langsung akrab dengan gadis yang kini duduk di kelas dua SMA ini. Bahkan ia pernah beberapa kali berkunjung ke rumahnya.
********************************************************

Seusai Aini mengerjakan shalat maghrib berjama’ah bersama Liana, Aini mengajak Liana untuk bersantai sejenak. Kemudian, ia mulai bertanya mengenai penyebab Liana pergi dari rumah.

“Dik Liana ada masalah apa sayang?? Kok Sudah malam begini belum pulang?”

“Mama jahat, Mbak..!!”

“Loh jahat kenapa memangnya??”

“Mama nggak mau ngasih uang buat Liana beli kado...”

“Kado? Siapa yang ulang tahun?”

“Ini bukan buat kado ulang tahun Mbak....”

“Lantas?”

“Kado buat teman Liana pas nanti ngerayain valentine mbak. Tapi kata mama, Liana nggak boleh ngerayain valentine. Liana kan malu sama teman-teman. Mereka mau mengadakan acara bertukar kado pas malam valentine, masak Liana nggak ikut??? Apa kata teman Liana nanti?”

“Oh, jadi itu masalahnya?” Aini menyunggingkan senyum.

“Dik Liana lebih memilih malu sama teman-teman apa malu sama Allah??”

“Maksud Mbak Aini??”

“Dik Liana tahu sejarah mengenai hari valentine?”

“Enggak...” Sahut Liana sambil menggelengkan kepala.

“Adik baca ini ya...!! Nanti, pasti adik tahu alasan mama melarang dik Liana merayakan valentine...” Aini mengambil sebuah majalah islam dari atas meja, kemudian menyerahkannya kepada Liana. Membaca artikel yang ditunjukkan Aini, Liana tampak manggut-manggut.

“Jadi, valentine itu hukumnya haram ya mbak??”

“Nah itu Dik Liana pintar..”

“Kalau begitu, besok Liana mau minta maaf sama mama... Tapi, Liana takut mama marah mbak...” Sahutnya memelas.

“Ya sudah, besok Mbak temanin kamu minta maaf sama Mama. Tapi, Dik Liana harus janji nggak akan pernah kabur lagi dari rumah ya?? Apalagi cuma gara-gara masalah valentine yang nggak ada dalam ajaran agama islam...”

“Iya Mbak, Liana janji.. Liana sayang sama mbak Aini..” Di ujung senja, mereka pun membaur dalam dekap kehangatan penuh kasih.

********************************************************

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011