Pentingnya Diksi Dalam Sebuah Karya Tulis




PENTINGNYA DIKSI DALAM SEBUAH KARYA TULIS
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL



 





Makalah Ini Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Pada Program Perkuliahan Karyawan
Jurusan Desain Komunikasi Visual
Disusun oleh :
                               Nama                                             NIM
Chomsiyah                                    201391004
Eko Okta Fian Aris S.                   201391012
Kanthi Pangastuti                         201391003
Laurrin Grecsitha W.                     201391011
Muhammad                                   201391009
Nabila Cestita P.P.                         201391014
                                   
PROGRAM PERKULIAHAN KARYAWAN
ISTA AL-KAMAL
JAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantisa terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, tabi'in dan tabi'atnya. Dan semoga syafaatnya akan menyertai kita di hari pembalasan kelak. Makalah ini dibuat sebagai tugas Bahasa Indonesia pada Program Perkuliahan Karyawan ISTA Al-Kamal, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di waktu-waktu mendatang.
Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan dan bagi yang mebacanya agar dapat dijadikan sebagai referensi. Amiin.

                                                                                                                       
                                                                                                      Jakarta,     Maret 2014
                                                                                                      Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................  i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................  iii
DAFTAR TABEL......................................................................................  iv
BAB I        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah...................................................  1
B.       Rumusan Masalah............................................................  2
C.       Tujuan................................................................................2
D.      Manfaat..............................................................................2

BAB II      ISI
A.      Pengertian Diksi dan Penggunaannya................................             4
B.       Syarat-syarat Pemilihan Kata.............................................             5
C.       Pembentukan Kata.............................................................             8

BAB III     PENUTUP
A.      Kesimpulan........................................................................           16
B.       Kritik dan Saran.................................................................           16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................           17

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan kata popular dan kata ilmiah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana penghubung yang digunakan untuk berkomunikasi guna menyampaikan suatu maksud. Bahasa memiliki susunan gramatikal yang terdiri dari kata, frasa dan kalimat. Di mana kata merupakan tataran terendah dan kalimat adalah tataran tertinggi. Kata sendiri merupakan kunci seseorang dalam membuat tulisan.
Karenanya, dalam menulis seseorang haruslah paham benar mengenai penulisan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebab, kata dalam Bahasa Indonesia tidak dapat dituliskan sewenang-wenang atau sekehendak penulisnya. Kata-kata sebagai unsur utama bahasa harus bisa dipahami tidak hanya oleh penulisnya, tapi juga harus mudah dipahami oleh pembaca. Karenanyalah, sebuah tulisan harus ditulis dalam konteks alinea dan wacana agar mudah dipahami. Format penulisan dalam Bahasa Indonesia memiliki kaidah tersendiri, di mana kaidah-kaidah tersebut harus dipenuhi.
1
 
Bagi seorang penulis, menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, gagasan dan pesan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga penulis mampu menghasilkan tulisan yang bermanfaat secara produktif. Untuk menjadi seorang penulis, maka diperlukan penguasaan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Penguasaan kosa kata sendiri merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah penulisan. Karenanya, penguasaan kosa kata dalam suatu karangan tidak dapat diabaikan. Jika unsur ini diabaikan oleh penulis, maka akan menimbulkan kesalahan fatal yang mengakibatkan tulisan tidak enak dibaca bahkan bisa jadi menimbulkan ketidakjelasan makna.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.   Pengertian diksi atau pilihan kata dalam Bahasa Indonesia
2.   Pembentukan kata atau istilah

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih dalam tentang pengertian diksi atau pilihan kata. Sehingga dengan pemilihan diksi yang tepat tersebut akan dihasilkan tulisan yang indah dan enak dibaca. Tentu saja tidak sekedar indah namun mengesampingkan makna itu sendiri. Indah di sini dimaksudkan bahwa tulisan tersebut tidak hanya enak dibaca, tapi juga memiliki kandungan makna yang jelas, yang dengan mudah bisa dipahami pembaca.

D.    Manfaat
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut :
1.   Mahasiswa mampu menentukan pilihan kata yang tepat dalam pembuatan karya tulis.
2.   Mahasiswa menguasai berbagai kosakata dan mampu menggunakannya dalam sebuah karya tulis sehingga susunan kalimatnya jelas, efektif dan mudah dipahami oleh pembaca.
3.   Mahasiswa mampu menentukan pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata menjadi sebuah kalimat utuh.

BAB II
ISI
A.    Pengertian Diksi dan Penggunaannya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Diksi tidak melulu berkaitan dengan pilih-memilih kata agar tulisan yang ditulis terasa indah saat dibaca, melainkan juga untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa yang meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Untuk menghasilkan sebuah cerita yang menarik, dalam pemilihan diksi yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut.
1.   Menguasai beragam kosakata dan mampu merangkainya menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
2.   Mampu membedakan dengan tepat nuansa-nuansa makna sesuai gagasan yang ingin disampaikan.
3.   Mampu menemukan gaya bahasa yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembaca.
4.   Tepat dalam menentukan kata dalam membentuk suatu kalimat agar pesan gagasannya tersampaikan secara tepat.

Contoh penggunaan diksi dalam sebuah paragraf :
4
 
Selamat pagi. Bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan dan helaan napas tertahan.(1)

Aku perlu menenangkan pikiran beberapa detik dari kebimbangan ini. Mencerna banyak hal yang telah terjadi padaku akhir-akhir ini. Kegagalan pernikahan kedua orangtuaku, perselingkuhan pacarku di depan mata, ujian kelulusan, nasibku yang mengambang karena aku belum punya niat untuk melanjutkan ke universitas mana pun. Serta mama baru yang akan memasuki kehidupanku. Semua bercampur menjadi satu di kepalaku, seperti benang kusut. (2)

Pergi dengan kapal laut, aku berpisah dengan rombongan begitu menginjakkan kaki di Belawan. Sebelum perjalanan itu, tidak pernah kulihat air sebegitu banyak. Laut. Terlalu terpesona untuk pergi ke mana-mana. Aku ingin ke pantai. Merasakan pasir. Menjemput matahari setiap pagi dan mengantarnya pulang setiap sore. (3)

Ketiga paragraf di atas menjadi enak dibaca dan tidak membosankan karena pemilihan katanya yang tepat. Maka fungsi dari diksi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1.   Membuat pembaca mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2.   Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3.   Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
4.   Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga memberikan rasa puas bagi pembaca.

B.     Syarat-syarat Pemilihan Kata
Untuk memilih diksi dalam pembuatan suatu karya tulis, memiliki


 
(1)Tere Liye, Sunset Bersama Rosie (Jakarta: Mahaka Publishing, 2011), h. 1
(2) Yoana Dianika, Last Minute in Manhattan (Jakarta: Bukune, 2012), h. 7
(3) Dewi Lestari, Akar (Jakarta: Bentang, 2012), h. 50
syarat-syarat yang wajib dipenuhi. Diantaranya :
1.   Makna Denotasi dan Makna Konotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna sebenarnya. Makna denotasi sering juga disebut dengan makna konseptual. Contohnya : Adik makan roti. Makna makan di sini adalah memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah untuk kemudian ditelan.
Makna Konotasi adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Terkadang banyak yang menyebut bahwa makna konotasi adalah makna kiasan. Padahal makna kiasan itu adalah tipek makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Contohnya adalah makna dari jam tangan dalam kalimat berikut :
Pak Arya merupakan pegawai kantoran yang tekun dan berdedikasi tinggi. Sikapnya disiplin dalam mengerjakan semua tugasnya. Pada saat meeting, salah satu klien yang hadir melihat kinerjanya lalu kemudian berkata kepada sesama klien yang lain “Jam tangan Pak Arya bagus yah.”
Dalam contoh kalimat di atas, jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti disiplin. Makna ini memiliki makna konotasi positif karena sifatnya memuji. Makna konotasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu konotasi positif dan konotasi negative. Jika konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, maka konotasi negatif merupakan kebalikannya, yaitu kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.

2.   Makna Umum dan Makna Khusus
Makna umum adalah makna yang pemakaiannya mencakup hal-hal yang bersifat umum atau luas. Jenis kata umum tidak memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya. Sedangkan makna khusus makna yang pemakaiannya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contohnya adalah bunga. Jika bunga lebih mengacu pada hal-hal yang bersifat umum, makan melati, mawar, anggrek dan sejenisnya lebih mengacu pada hal-hal yang bersifat lebih khusus. Contoh lainnya adalah kata buah dan anggur. Kata anggur merupakan bentuk khusus dari buah.

3.   Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata abstrak adalah sebuah kata yang tidak mudah diserap oleh pancaindera. Contohnya gagasan dan perdamaian. Kata abstrak sering digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Sementara kata konkret merupakan kata yang acuannya mudah diserap oleh pancaindera, seperti rumah, meja, tas, buku, air, cantik, manis, hangat, wangi, suara dan sebagainya.

4.   Kata Popular dan Kata Ilmiah
Kata popular biasa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kata ini adalah kata umum yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Sedangkan kata ilmiah merupakan kata yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu dalam situasi yang juga tertentu. Contohnya dalam penulisan karya ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi ilmiah dan lain sebagainya.
Untuk lebih memahami perbedaan antara kata popular dan kata ilmiah, lihat contohnya dalam tabel di bawah ini :
Kata Popular
Kata Ilmiah
Kiasan
Analogi
Akhir
Final
Perbedaan perlakuan
Diskriminasi
Ramalan
Prediksi
Pertentangan
Kontradiksi
Ukuran
Format
Kekacauan
Anarki
Biografi singkat
Biodata
Daftar pustaka
Bibliografi
Sesuai
Harmonis
Bukti
Argumen
Maju
Modern
Susunan
Formasi
Rasa kecewa
Frustasi
Bentuk, wujud
Figur
Gelandangan
Tunakarya

Tabel 2.1 Perbedaan kata popular dan kata ilmiah

C.    Pembentukan Kata
Diksi sebagai unsur penting dalam sebuah karya tulis memiliki beberapa elemen, yaitu :
1.   Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Sedangkan ilmu yang mempelajarinya disebut fonemik. Fonemik sendiri merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus untuk mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu fonem, diperlukan pasangan minimal. Contoh :
Harus – arus ? /h/ merupakan fonem karena membedakan arti kata harus dan arus.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru. Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong) yang meliputi ai, au, oi. Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat dikeluarkan. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contohnya terdapat pada kata drama, tradisi, film, modern.
Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan fonem yang lain. Perubahan fonem ada bermacam-macam, yaitu alofon, asimilasi, desimilasi, diftongisasi, monoftongisasi, dan nasalisasi.
a.    Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
b.   Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama. Contoh : in + moral ? immoral ? imoral.
c.    Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.
d.   Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh : anggota menjadi anggauta.
e.    Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong. Contoh : ramai menjadi rame.
f.    Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.

2.   Silabel
Silabel dalam bahasa Yunani disebut sullabe, yaitu merupakan satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang utuh pada vokal.
Contoh :
·      Jika sebuah konsonan diapit oleh dua vokal, maka konsonan tersebut ikut vokal di belakangnya. Misal, kata ibu jika dipisahkan menjadi i-bu. Awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasar. Misal, memperbaiki dipisahkan menjadi mem-per-ba-ik-i.
·      Jika dua konsonan diapit oleh dua vokal, maka kedua vokal tersebut harus diceraikan. Kata bantu jika dipisahkan menjadi kata ban-tu.

3.   Konjungsi
Konjungsi atau dikenal dengan kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat.
Konjungsi memiliki beberapa jenis, yaitu :
a.    Konjungsi koordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk kalimat) yang sama pentingnya atau setara. Kalimat yang dibentuk disebut kalimat majemuk setara. Contoh : dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.
b.   Konjungsi korelatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih unsur (tidak termasuk kalimat) yang memiliki status sintaksis yang sama dan membentuk frasa atau kalimat. Kalimat yang dibentuk agak rumit dan bervariasi, kadang setara, bertingkat, atau bisa juga kalimat dengan dua subjek dan satu predikat. Contoh : baik…maupun, tidak hanya…, tetapi juga, bukan hanya…, melainkan juga, demikian…, sehingga, sedemikian rupa…sehingga, apa(kah)…atau, entah…entah, jangankan…, …pun.
c.    Konjungsi subordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi membentuk anak kalimat yang jika digabungkan dengan induk kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat. Contoh : sejak, jika, andaikan, agar, biarpun, ibarat, karena, sehingga, dengan, tanpa, bahwa, yang, sama…dengan.
d.   Konjungsi antarkalimat, konjungsi yang merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing kalimat berdiri sendiri.

4.   Kata Benda
Kata benda (nomina) adalah jenis kata yang dapat diterangkan dengan kata lain, misalnya kata sifat. Contohnya dalam penggunaan kata “mobil hitam”. Mobil merupakan kata benda, sedangkan hitam merupakan kata sifat. Dalam contoh tersebut, kata ‘hitam’ menerangkan kata benda ‘mobil’.

5.   Kata Kerja
Kata kerja merupakan kata yang menggambarkan proses, perubahan atau keadaan yang bukan kata sifat. Dalam kalimat, kata kerja biasa berkedudukan sebagai predikat. Contohnya ;
·      Tria menulis cerpen setelah menunaikan shalat tahajud.
·      Anton pandai mereparasi bermacam barang elektronik.

6.   Infleksi
Mengenai pengertian infleksi, ada beberapa ahli yang mengungkapkannya. Menurut Kridalaksana (1993:830) infleksi adalah perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal yang mencakup deklinasi nomina, pronomina, ajektiva dan konjungsi verba. Serta merupakan unsur yang ditambahkan pada sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal.
Menurut Chaer (2007:171) sebuah kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan kategori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigm infleksional.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya.

7.   Uterans
Uterans merupakan sub elemen dari fungsionalitas diksi dan mempengaruhi diksi berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang jelas dan efektif.

Dalam sebuah pemilihan kata, juga terdapat macam-macam hubungan makna. Macam hubungan makna tersebut ialah :
1.   Sinonim
Sinonim merupakan kata-kata yang memiliki persamaan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya sama dengan ungkapan lain. Contohnya : buruk >< jelek, mati >< wafat.

2.   Antonim
Antonim adalah ungkapan berupa kata, frase atau kalimat yang maknanya merupakan kebalikan dari ungkapan lain. Contohnya : jauh >< dekat, tinggi >< rendah, lapar >< kenyang.

3.   Polisemi
Polisemi adalah bahasa berupa kata atau frase yang memiliki makna lebih dari satu. Contohnya kata kepala. Kepala bisa bermakna anggota tubuh makhluk hidup bagian atas, yang dimulai dari leher. Kepala juga bisa bermakna seorang pemimpin atau ketua dalam suatu organisasi.

4.   Hiponim - Hipernim
Hiponim adalah suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hipernim. Suatu hiponim merupakan anggota kelompok dari hipernimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hipernim yang sama yang disebut dengan kohiponim. Contoh hipernim, hiponim dan kohiponim yaitu :
·      Kambing, serangga dan bangau adalah hiponim dari hewan.
·      Hewan adalah hipernim dari kambing, serangga dan bangau.
·      Serangga dan bangau adalah kohiponim dari kambing sebagai hewan.

5.   Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan dan pelafalan, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contoh :
·      Bunga. Bunga bisa bermakna tumbuhan, bisa juga bermakna bunga bank.
·      Malang. Malang bisa merupakan nama kota, bisa juga merupakan nasib seseorang.
·      Bulan. Bulan adalah salah satu satelit bumi, tapi juga bisa bermakna sebagai satuan waktu (dalam satu tahun ada 12 bulan).

6.   Homofon
Adalah kata yang memiliki kesamaan pelafalan atau bunyi, tapi tulisan dan maknanya berbeda. Contoh :
·      Kata ‘bang’ yang berarti kakak, dan kata ‘bank’ yang berarti tempat menabung atau menyimpan uang.
·      Kata ‘masa’ yang bermakna waktu, dan ‘massa’ yang bermakna berat.
·      Kata ‘rock’ merupakan salah satu aliran musik, sementara ‘rok’ merupakan salah satu pakaian bawahan perempuan.

7.   Homograf
Homograf adalah kata yang tulisannya sama, tetapi pelafalan dan maknanya berbeda. Contoh :
·      Apel : Pada kalimat ‘Andi makan apel’, berarti buah. Sedangkan dalam kalimat ‘Pak Bondan memimpin apel pagi’, berarti upacara.
·      Memerah : ‘Tangan adik memerah karena terbentur tembok’, memerah di sini berarti perubahan warna menjadi merah. ‘Bapak memerah susu sapi di pagi hari’, memerah berarti memeras, mengambil susu dari sapi.
·      Tahu : bisa berarti mengetahui, bisa juga berarti sebuah makanan yang terbuat dari kedelai.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada bab terakhir makalah ini, sebagai penutup makalah kami sampaikan kesimpulan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
Sebagai seorang penulis, kepiawaian dalam menentukan diksi menjadi wajib hukumnya. Karena pemilihan kata merupakan kunci utama dalam membuat sebuah tulisan untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Seorang penulis juga harus menguasai proses pengolahan kata untuk menghasilkan tulisan yang tidak hanya sekedar indah dibaca, tetapi juga tepat makna dan mudah dipahami oleh pembaca.

B.     Kritik dan Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran kami sebagai penyusun makalah ini adalah sebaiknya sebagai mahasiswa, apalagi yang berkeinginan untuk menjadi penulis harus menguasai dalam hal menentukan pemilihan kata atau diksi. Tentu saja hal tersebut dimaksudkan agar tulisan yang dihasilkan enak dibaca dengan tetap mengedepankan kaidah tata bahasa.
Selebihnya, kami sebagai penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa-masa mendatang.


16
 

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia, 1985.
Moeliono, Anton M. “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di dalam kosa kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia.  Jilid III. Nomor 3. Jakarta: Bharata, 1982.
Liye, Tere. Sunset Bersama Rosie. Jakarta: Mahaka Publishing, 2011.
Diania, Yoana. Last Minute in Manhattan. Jakarta: Bukune, 2012.
Lestari, Dewi. Akar. Yogyakarta: Bentang, 2012.
https://sites.google.com/site/tatabahasaindonesia/fonem-bahasa-indonesia diakses pada 17 Maret 2014, pukul 03.39
http://id.wikibooks.org/
http://id.wikipedia.org/
Kamus Besar Bahasa Indonesia





17
 



17
 
  

 

Komentar

  1. Alhamdulillah terimakasih atas informasinya. Semoga dapat bermanfaat.

    BalasHapus

Posting Komentar

Coment please...

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011