Pentingnya Diksi Dalam Sebuah Karya Tulis
PENTINGNYA
DIKSI DALAM SEBUAH KARYA TULIS
FAKULTAS
TEKNIK SIPIL DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Makalah
Ini Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Pada Program
Perkuliahan Karyawan
Jurusan
Desain Komunikasi Visual
Disusun
oleh :
Nama NIM
Chomsiyah 201391004
Eko Okta Fian Aris S. 201391012
Kanthi Pangastuti 201391003
Laurrin Grecsitha W. 201391011
Muhammad 201391009
Nabila Cestita P.P. 201391014
PROGRAM
PERKULIAHAN KARYAWAN
ISTA
AL-KAMAL
JAKARTA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantisa terlimpahcurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, tabi'in dan
tabi'atnya. Dan semoga syafaatnya akan menyertai kita di hari pembalasan kelak.
Makalah ini dibuat sebagai tugas Bahasa Indonesia pada Program Perkuliahan
Karyawan ISTA Al-Kamal, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Sepenuhnya kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
karenanya saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
di waktu-waktu mendatang.
Besar harapan kami
semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan dan bagi yang
mebacanya agar dapat dijadikan sebagai referensi. Amiin.
Jakarta, Maret 2014
Tim
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................ 2
C.
Tujuan................................................................................2
D.
Manfaat..............................................................................2
BAB II ISI
A.
Pengertian
Diksi dan Penggunaannya................................ 4
B.
Syarat-syarat
Pemilihan Kata............................................. 5
C.
Pembentukan
Kata............................................................. 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................ 16
B.
Kritik
dan Saran................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 17
DAFTAR
TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan kata
popular dan kata ilmiah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bahasa
merupakan sarana penghubung yang digunakan untuk berkomunikasi guna
menyampaikan suatu maksud. Bahasa memiliki susunan gramatikal yang terdiri dari
kata, frasa dan kalimat. Di mana kata merupakan tataran terendah dan kalimat
adalah tataran tertinggi. Kata sendiri merupakan kunci seseorang dalam membuat
tulisan.
Karenanya,
dalam menulis seseorang haruslah paham benar mengenai penulisan kata dalam
Bahasa Indonesia. Sebab, kata dalam Bahasa Indonesia tidak dapat dituliskan
sewenang-wenang atau sekehendak penulisnya. Kata-kata sebagai unsur utama
bahasa harus bisa dipahami tidak hanya oleh penulisnya, tapi juga harus mudah
dipahami oleh pembaca. Karenanyalah, sebuah tulisan harus ditulis dalam konteks
alinea dan wacana agar mudah dipahami. Format penulisan dalam Bahasa Indonesia
memiliki kaidah tersendiri, di mana kaidah-kaidah tersebut harus dipenuhi.
|
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian
diksi atau pilihan kata dalam Bahasa Indonesia
2. Pembentukan
kata atau istilah
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih dalam tentang pengertian
diksi atau pilihan kata. Sehingga dengan pemilihan diksi yang tepat tersebut
akan dihasilkan tulisan yang indah dan enak dibaca. Tentu saja tidak sekedar
indah namun mengesampingkan makna itu sendiri. Indah di sini dimaksudkan bahwa
tulisan tersebut tidak hanya enak dibaca, tapi juga memiliki kandungan makna
yang jelas, yang dengan mudah bisa dipahami pembaca.
D.
Manfaat
Dalam
penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai
berikut :
1. Mahasiswa
mampu menentukan pilihan kata yang tepat dalam pembuatan karya tulis.
2. Mahasiswa
menguasai berbagai kosakata dan mampu menggunakannya dalam sebuah karya tulis
sehingga susunan kalimatnya jelas, efektif dan mudah dipahami oleh pembaca.
3. Mahasiswa
mampu menentukan pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata menjadi sebuah
kalimat utuh.
BAB
II
ISI
A.
Pengertian
Diksi dan Penggunaannya
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan).
Diksi
tidak melulu berkaitan dengan pilih-memilih kata agar tulisan yang ditulis
terasa indah saat dibaca, melainkan juga untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa yang meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan
dan sebagainya.
Untuk
menghasilkan sebuah cerita yang menarik, dalam pemilihan diksi yang baik harus
memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Menguasai
beragam kosakata dan mampu merangkainya menjadi sebuah kalimat yang jelas,
efektif dan mudah dimengerti.
2. Mampu
membedakan dengan tepat nuansa-nuansa makna sesuai gagasan yang ingin
disampaikan.
3. Mampu
menemukan gaya bahasa yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembaca.
4. Tepat
dalam menentukan kata dalam membentuk suatu kalimat agar pesan gagasannya
tersampaikan secara tepat.
Contoh penggunaan diksi
dalam sebuah paragraf :
|
Aku perlu menenangkan pikiran beberapa
detik dari kebimbangan ini. Mencerna banyak hal yang telah terjadi padaku
akhir-akhir ini. Kegagalan pernikahan kedua orangtuaku, perselingkuhan pacarku
di depan mata, ujian kelulusan, nasibku yang mengambang karena aku belum punya
niat untuk melanjutkan ke universitas mana pun. Serta mama baru yang akan
memasuki kehidupanku. Semua bercampur menjadi satu di kepalaku, seperti benang
kusut. (2)
Pergi dengan kapal laut, aku berpisah
dengan rombongan begitu menginjakkan kaki di Belawan. Sebelum perjalanan itu,
tidak pernah kulihat air sebegitu banyak. Laut. Terlalu terpesona untuk pergi ke
mana-mana. Aku ingin ke pantai. Merasakan pasir. Menjemput matahari setiap pagi
dan mengantarnya pulang setiap sore. (3)
Ketiga
paragraf di atas menjadi enak dibaca dan tidak membosankan karena pemilihan
katanya yang tepat. Maka fungsi dari diksi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Membuat
pembaca mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang
disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2. Untuk
mencapai target komunikasi yang efektif.
3. Melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara verbal.
4. Membentuk
gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
memberikan rasa puas bagi pembaca.
B.
Syarat-syarat
Pemilihan Kata
Untuk
memilih diksi dalam pembuatan suatu karya tulis, memiliki
(1)Tere Liye, Sunset Bersama Rosie (Jakarta: Mahaka Publishing, 2011), h. 1
(2) Yoana Dianika, Last Minute in Manhattan (Jakarta:
Bukune, 2012), h. 7
(3) Dewi Lestari, Akar (Jakarta: Bentang, 2012), h. 50
syarat-syarat yang
wajib dipenuhi. Diantaranya :
1. Makna
Denotasi dan Makna Konotasi
Makna
Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna sebenarnya. Makna
denotasi sering juga disebut dengan makna konseptual. Contohnya : Adik makan
roti. Makna makan di sini adalah memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah
untuk kemudian ditelan.
Makna
Konotasi adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Terkadang banyak yang menyebut bahwa makna konotasi adalah makna
kiasan. Padahal makna kiasan itu adalah tipek makna figuratif, bukan makna
konotasi. Makna konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian
hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Contohnya adalah makna dari jam tangan
dalam kalimat berikut :
Pak Arya merupakan pegawai kantoran yang tekun dan
berdedikasi tinggi. Sikapnya disiplin dalam mengerjakan semua tugasnya. Pada
saat meeting, salah satu klien yang hadir melihat kinerjanya lalu kemudian
berkata kepada sesama klien yang lain “Jam tangan Pak Arya bagus yah.”
Dalam contoh kalimat di atas, jam
tangan memiliki makna konotasi yang berarti disiplin. Makna ini memiliki makna
konotasi positif karena sifatnya memuji. Makna konotasi sendiri dibagi menjadi
2, yaitu konotasi positif dan konotasi negative. Jika konotasi positif
merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, maka
konotasi negatif merupakan kebalikannya, yaitu kata yang bermakna kasar atau
tidak sopan.
2. Makna
Umum dan Makna Khusus
Makna
umum adalah makna yang pemakaiannya mencakup hal-hal yang bersifat umum atau
luas. Jenis kata umum tidak memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.
Sedangkan makna khusus makna yang pemakaiannya terbatas pada suatu bidang
tertentu.
Contohnya
adalah bunga. Jika bunga lebih mengacu pada hal-hal yang bersifat umum, makan
melati, mawar, anggrek dan sejenisnya lebih mengacu pada hal-hal yang bersifat
lebih khusus. Contoh lainnya adalah kata buah dan anggur. Kata anggur merupakan
bentuk khusus dari buah.
3. Kata
Abstrak dan Kata Konkret
Kata
abstrak adalah sebuah kata yang tidak mudah diserap oleh pancaindera. Contohnya
gagasan dan perdamaian. Kata abstrak sering digunakan untuk mengungkapkan
gagasan rumit. Sementara kata konkret merupakan kata yang acuannya mudah
diserap oleh pancaindera, seperti rumah, meja, tas, buku, air, cantik, manis,
hangat, wangi, suara dan sebagainya.
4. Kata
Popular dan Kata Ilmiah
Kata
popular biasa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kata ini adalah kata
umum yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Sedangkan kata ilmiah
merupakan kata yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu dalam situasi yang
juga tertentu. Contohnya dalam penulisan karya ilmiah, pertemuan-pertemuan
resmi, diskusi ilmiah dan lain sebagainya.
Untuk lebih
memahami perbedaan antara kata popular dan kata ilmiah, lihat contohnya dalam
tabel di bawah ini :
Kata
Popular
|
Kata
Ilmiah
|
Kiasan
|
Analogi
|
Akhir
|
Final
|
Perbedaan
perlakuan
|
Diskriminasi
|
Ramalan
|
Prediksi
|
Pertentangan
|
Kontradiksi
|
Ukuran
|
Format
|
Kekacauan
|
Anarki
|
Biografi
singkat
|
Biodata
|
Daftar
pustaka
|
Bibliografi
|
Sesuai
|
Harmonis
|
Bukti
|
Argumen
|
Maju
|
Modern
|
Susunan
|
Formasi
|
Rasa
kecewa
|
Frustasi
|
Bentuk,
wujud
|
Figur
|
Gelandangan
|
Tunakarya
|
Tabel
2.1 Perbedaan kata popular dan kata ilmiah
C.
Pembentukan
Kata
Diksi
sebagai unsur penting dalam sebuah karya tulis memiliki beberapa elemen, yaitu
:
1. Fonem
Fonem
adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Sedangkan ilmu
yang mempelajarinya disebut fonemik. Fonemik sendiri merupakan bagian dari
fonologi. Fonologi ini khusus untuk mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui
suatu fonem, diperlukan pasangan minimal. Contoh :
Harus – arus ? /h/ merupakan fonem karena membedakan
arti kata harus dan arus.
Fonem
dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah ujaran
yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru. Vokal dibagi
menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o dan
vokal rangkap (diftong) yang meliputi ai, au, oi. Konsonan adalah bunyi ujaran
yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat dikeluarkan. Contoh
konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap
disebut kluster. Contohnya terdapat pada kata drama, tradisi, film, modern.
Perubahan
fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki
pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan fonem yang lain. Perubahan
fonem ada bermacam-macam, yaitu alofon, asimilasi, desimilasi, diftongisasi,
monoftongisasi, dan nasalisasi.
a. Alofon
adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh :
simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku
tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku
terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
b. Asimilasi
adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama.
Contoh : in + moral ? immoral ? imoral.
c. Desimilasi
adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana
menjadi sarjana.
d. Diftongisasi
adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh : anggota menjadi anggauta.
e. Monoftongisasi
adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong. Contoh : ramai menjadi rame.
f. Nasalisasi
adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu
fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
2. Silabel
Silabel
dalam bahasa Yunani disebut sullabe,
yaitu merupakan satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan
bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau
lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang utuh pada vokal.
Contoh :
· Jika
sebuah konsonan diapit oleh dua vokal, maka konsonan tersebut ikut vokal di
belakangnya. Misal, kata ibu jika dipisahkan menjadi i-bu. Awalan dan akhiran
harus dituliskan tercerai dari kata dasar. Misal, memperbaiki dipisahkan
menjadi mem-per-ba-ik-i.
· Jika
dua konsonan diapit oleh dua vokal, maka kedua vokal tersebut harus diceraikan.
Kata bantu jika dipisahkan menjadi kata ban-tu.
3. Konjungsi
Konjungsi
atau dikenal dengan kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan
dua satuan bahasa yang sederajat. Kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat.
Konjungsi memiliki
beberapa jenis, yaitu :
a. Konjungsi
koordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk
kalimat) yang sama pentingnya atau setara. Kalimat yang dibentuk disebut
kalimat majemuk setara. Contoh : dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal,
sedangkan.
b. Konjungsi
korelatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih unsur (tidak termasuk
kalimat) yang memiliki status sintaksis yang sama dan membentuk frasa atau
kalimat. Kalimat yang dibentuk agak rumit dan bervariasi, kadang setara,
bertingkat, atau bisa juga kalimat dengan dua subjek dan satu predikat. Contoh
: baik…maupun, tidak hanya…, tetapi juga, bukan hanya…, melainkan juga,
demikian…, sehingga, sedemikian rupa…sehingga, apa(kah)…atau, entah…entah,
jangankan…, …pun.
c. Konjungsi
subordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi membentuk anak kalimat yang jika
digabungkan dengan induk kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat.
Contoh : sejak, jika, andaikan, agar, biarpun, ibarat, karena, sehingga,
dengan, tanpa, bahwa, yang, sama…dengan.
d. Konjungsi
antarkalimat, konjungsi yang merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing
kalimat berdiri sendiri.
4. Kata
Benda
Kata
benda (nomina) adalah jenis kata yang
dapat diterangkan dengan kata lain, misalnya kata sifat. Contohnya dalam
penggunaan kata “mobil hitam”. Mobil merupakan kata benda, sedangkan hitam
merupakan kata sifat. Dalam contoh tersebut, kata ‘hitam’ menerangkan kata
benda ‘mobil’.
5. Kata
Kerja
Kata
kerja merupakan kata yang menggambarkan proses, perubahan atau keadaan yang
bukan kata sifat. Dalam kalimat, kata kerja biasa berkedudukan sebagai
predikat. Contohnya ;
· Tria
menulis cerpen setelah menunaikan shalat tahajud.
· Anton
pandai mereparasi bermacam barang elektronik.
6. Infleksi
Mengenai
pengertian infleksi, ada beberapa ahli yang mengungkapkannya. Menurut
Kridalaksana (1993:830) infleksi adalah perubahan bentuk kata yang menunjukkan
berbagai hubungan gramatikal yang mencakup deklinasi nomina, pronomina,
ajektiva dan konjungsi verba. Serta merupakan unsur yang ditambahkan pada
sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal.
Menurut
Chaer (2007:171) sebuah kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang
disesuaikan dengan kategori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam
morfologi infleksional disebut paradigm infleksional.
Dari
uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk
kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah
kelas katanya.
7. Uterans
Uterans
merupakan sub elemen dari fungsionalitas diksi dan mempengaruhi diksi
berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang
jelas dan efektif.
Dalam
sebuah pemilihan kata, juga terdapat macam-macam hubungan makna. Macam hubungan
makna tersebut ialah :
1. Sinonim
Sinonim
merupakan kata-kata yang memiliki persamaan makna. Sinonim sebagai ungkapan
(bisa berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya sama dengan ungkapan lain.
Contohnya : buruk >< jelek, mati >< wafat.
2. Antonim
Antonim
adalah ungkapan berupa kata, frase atau kalimat yang maknanya merupakan
kebalikan dari ungkapan lain. Contohnya : jauh >< dekat, tinggi ><
rendah, lapar >< kenyang.
3. Polisemi
Polisemi
adalah bahasa berupa kata atau frase yang memiliki makna lebih dari satu.
Contohnya kata kepala. Kepala bisa bermakna anggota tubuh makhluk hidup bagian
atas, yang dimulai dari leher. Kepala juga bisa bermakna seorang pemimpin atau
ketua dalam suatu organisasi.
4. Hiponim
- Hipernim
Hiponim
adalah suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain
yang lebih umum, yang disebut hipernim. Suatu hiponim merupakan anggota
kelompok dari hipernimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hipernim yang sama
yang disebut dengan kohiponim. Contoh hipernim, hiponim dan kohiponim yaitu :
· Kambing,
serangga dan bangau adalah hiponim dari hewan.
· Hewan
adalah hipernim dari kambing, serangga dan bangau.
· Serangga
dan bangau adalah kohiponim dari kambing sebagai hewan.
5. Homonim
Homonim
adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan dan pelafalan, tetapi memiliki makna
yang berbeda. Contoh :
· Bunga.
Bunga bisa bermakna tumbuhan, bisa juga bermakna bunga bank.
· Malang.
Malang bisa merupakan nama kota, bisa juga merupakan nasib seseorang.
· Bulan.
Bulan adalah salah satu satelit bumi, tapi juga bisa bermakna sebagai satuan
waktu (dalam satu tahun ada 12 bulan).
6. Homofon
Adalah
kata yang memiliki kesamaan pelafalan atau bunyi, tapi tulisan dan maknanya
berbeda. Contoh :
· Kata
‘bang’ yang berarti kakak, dan kata ‘bank’ yang berarti tempat menabung atau
menyimpan uang.
· Kata
‘masa’ yang bermakna waktu, dan ‘massa’ yang bermakna berat.
· Kata
‘rock’ merupakan salah satu aliran musik, sementara ‘rok’ merupakan salah satu
pakaian bawahan perempuan.
7. Homograf
Homograf
adalah kata yang tulisannya sama, tetapi pelafalan dan maknanya berbeda. Contoh
:
· Apel
: Pada kalimat ‘Andi makan apel’, berarti buah. Sedangkan dalam kalimat
‘Pak Bondan memimpin apel pagi’, berarti upacara.
· Memerah
: ‘Tangan adik memerah karena terbentur tembok’, memerah di sini berarti
perubahan warna menjadi merah. ‘Bapak memerah susu sapi di pagi hari’, memerah
berarti memeras, mengambil susu dari sapi.
· Tahu
: bisa berarti mengetahui, bisa juga berarti sebuah makanan yang terbuat dari
kedelai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada bab
terakhir makalah ini, sebagai penutup makalah kami sampaikan kesimpulan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut :
Sebagai seorang
penulis, kepiawaian dalam menentukan diksi menjadi wajib hukumnya. Karena
pemilihan kata merupakan kunci utama dalam membuat sebuah tulisan untuk
menyampaikan ide dan gagasannya. Seorang penulis juga harus menguasai proses
pengolahan kata untuk menghasilkan tulisan yang tidak hanya sekedar indah
dibaca, tetapi juga tepat makna dan mudah dipahami oleh pembaca.
B.
Kritik
dan Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, saran kami sebagai penyusun makalah ini adalah sebaiknya
sebagai mahasiswa, apalagi yang berkeinginan untuk menjadi penulis harus
menguasai dalam hal menentukan pemilihan kata atau diksi. Tentu saja hal
tersebut dimaksudkan agar tulisan yang dihasilkan enak dibaca dengan tetap mengedepankan
kaidah tata bahasa.
Selebihnya, kami
sebagai penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan yang harus dibenahi. Karenanya kami sangat mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan di masa-masa mendatang.
|
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
Gramedia, 1985.
Moeliono,
Anton M. “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di dalam kosa kata”
Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia.
Jilid III. Nomor 3. Jakarta:
Bharata, 1982.
Liye,
Tere. Sunset Bersama Rosie. Jakarta:
Mahaka Publishing, 2011.
Diania,
Yoana. Last Minute in Manhattan.
Jakarta: Bukune, 2012.
Lestari,
Dewi. Akar. Yogyakarta: Bentang,
2012.
https://sites.google.com/site/tatabahasaindonesia/fonem-bahasa-indonesia
diakses
pada 17 Maret 2014, pukul 03.39
http://id.wikibooks.org/
http://id.wikipedia.org/
Kamus Besar Bahasa
Indonesia
|
||||
|
Alhamdulillah terimakasih atas informasinya. Semoga dapat bermanfaat.
BalasHapus