BIOGRAFI KYAI MUHAMMAD SYAMSURI BIN DAHLAN



TUGAS MUAMALAH & ETIKA


                                                      Nama               : Chomsiyah
                                                      Nim                 : 201391004
                                                      Jurusan            : Desain Komunikasi Visual


Kyai Syamsuri dilahirkan di Tlogogedong, Demak, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1906. Ayahnya adalah KH. Dahlan bin Nolo Khoiron yang merupakan seorang pemuka agama sehingga oleh masyarakat dipercaya menjadi imam di sebuah mushala di desa Tlogogedong, Demak. Sementara kakeknya pernah menjadi lurah desa Sambak Wonosekar, Demak, Jawa Tengah.

Sebagai putra seorang pemuka agama, Syamsuri muda sudah belajar pengetahuan dasar agama dengan cukup lengkap. Baik dalam hal ibadah, fiqih, akidah maupun Al Qur’an. Guru pertama baginya adalah ayahnya sendiri, yaitu KH. Dahlan. Selanjutnya, Syamsuri baru belajar pada KH. Abdurrohman di Tlogogedong, Demak.
Ketika menjadi santri dari KH. Abdurrohman, Syamsuri pernah mendapat wejangan, “Seng sregep ngajine, sesuk tak pek mantu,” (Yang rajin mengajinya, besok saya jadikan menantu). Namun ternyata, Kyai Syamsuri justru menjadi menantu dari menantunya KH. Abdurrohman, yaitu Kyai Sarqowi.
Dengan semangat dan keyakinan yang tinggi, Syamsuri muda mengembara demi menuntut ilmu. Pada mulanya, ia berguru pada Kyai Irsyad Gablog. Selain berguru pada Kyai Irsyad Gablog, Kyai Syamsuri juga pernah nyantri di Mangkang dan di Tebu Ireng di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Kyai Syamsuri muda juga pernah belajar fan hadits (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) kepada Kyai Hasan Asy’ari di Poncol Bringin, Salatiga. Tempat lain yang pernah disinggahinya sebagai tempat menuntut ilmu adalah Pesantren Tegalsari, Bringin Salatiga di bawah asuhan Kyai Tholhah.
Pada tahun 1941 Kyai Syamsuri mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Sirojuth Tholibin. Artinya lentera penerang bagi mereka yang menuntut ilmu. Nama ini dimaksudkan agar para santri yang menuntut ilmu benar-benar memperoleh ilmu yang bermanfaat dan bisa menjadi penerang bagi kehidupan. Nama ini juga sebagai bentuk tabarukan (ngalap berkah) kepad ulama, terutama Syaikh Muhammad Ihsan Jampes Kediri (penulis kitab Shirojuth Tholibin), nama kitab yang kemudian diabadikan menjadi nama pesantren. Dimana kitab tersebut merupakan penjelasan dari kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Ghozali.
Kyai Syamsuri adalah pribadi yang tawadhu’ dan wira’i. Bahkan sifat itu sudah terlihat saat dirinya masih menjadi santri di pesantren Poncol Bringin Salatiga. Saat itu Kyai Syamsuri diajak menonton bioskop oleh temannya. Namun, sepanjang film berlangsung, Kyai Syamsuri tidak menontonnya. Melainkan terus menunduk sambil beristighfar.
Kyai Syamsuri akhirnya berpulang ke rahmatullah tepat ba’da Maghrib, malam Rabu 23 Shofar atau bertepatan dengan tanggal 4 Oktober 1988.[ ]



Daftar pustaka :  http://www.zahrotul-zahra.blogspot.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011