SEJARAH PONDOK PESANTREN DI INDONESIA



SEJARAH PONDOK PESANTREN DI INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


 










Makalah Ini Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama


Disusun oleh :
                                Nama                               : Chomsiyah
                                NIM                                 : 201391004
                                Mata Kuliah                     : Pendidikan Agama Islam
                                Dosen Pembimbing         : Suherman Muchtar, MA

                                   
PROGRAM PERKULIAHAN KARYAWAN
ISTA AL-KAMAL
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan suatu apa pun. Shalawat dan salam semoga senantisa terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, tabi'in dan tabi'atnya. Dan semoga syafaatnya akan menyertai kita di hari pembalasan kelak.
Makalah ini dibuat sebagai tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama pada program perkuliahan karyawan Institut Sains dan Teknologi Al – Kamal Jakarta. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Karenanya, saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan di masa-masa mendatang.
Besar harapan saya semoga makalah ini bermanfaat bagi warga belajar Institut Sains dan Teknologi Al – Kamal pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.



                                                                                             Jakarta,   Februari 2014


                                                                                                      Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................  i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I       SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN
A.  Sejarah Umum ..................................................................... 1
B.   Pengertian Pondok Pesantren .............................................. 2
C.   Peranan Pondok Pesantren .................................................. 2
D.  Jenis Pesantren .....................................................................3
1.      Pesantren Salafi .............................................................3
2.      Pesantren Modern ......................................................... 4
BAB II      SEJARAH PONDOK PESANTREN DI INDONESIA
A.    Sejarah Pondok Pesantren Lirboyo .................................................5
1.      Santri Perdana dan Pondok Lama ............................................ 6
2.      Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo ..........................6
B.     Peran Pondok Pesantren Lirboyo dalam Merebut Kemerdekaan Indonesia.......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................10


BAB I
SEJARAH PONDOK PESANTREN

A. Sejarah Umum
Secara umum, pondok pesantren berdiri dengan adanya seorang kyai, yang kemudian datang para santri untuk belajar ilmu agama terhadap kyai tersebut. Seiring berjalannya waktu, santri yang datang untuk belajar agama semakin bertambah. Dengan hal inilah kemudian terbersit inisiatif untuk membangun asrama yang letaknya bersebelahan dengan rumah sang kyai, yang selanjutnya digunakan sebagai tempat menampung para santri dalam belajar agama.
Pada zaman dahulu, kyai tidak pernah merencanakan bagaimana membangun pondok. Yang terpenting baginya hanyalah dakwah dengan memikirkan bagaimana caranya mengajarkan ilmu agama kepada para santri supaya apa yang diajarkannya mudah dimengerti dan dipahami oleh para santri.
Kyai pada saat itu belum memberikan perhatian secara khusus terhadap tempat-tempat yang dijadikan kediaman oleh para santri. Mereka mendirikan sendiri gubug-gubug kecil di sekitar rumah kyai tempat mereka belajar ilmu agama. Semakin bertambah jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri kemudian memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut hingga dikenal dimana-mana. Contohnya adalah pondok-pondok yang muncul pada zaman Walisongo.
Pondok pesantren di Indonesia sendiri memiliki peranan yang sangat besar bagi perkembangan agama Islam. Berdasarkan catatan sejarah yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah berlangsung sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal sebagai Pondok Pesantren hingga saat ini. Dalam catatan Howard M. Federspiel – salah seorang pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh, dimana di daerah tersebut pesantren dikenal dengan nama Dayah dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur serta di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.

B.  Pengertian Pondok Pesantren
Secara etimologi, pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata “santri” dalam Bahasa Jawa berarti murid. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab, funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Pesantren dipimpin oleh seorang kyai. Untuk mendimanisasi kehidupan pondok pesantren, kyai akan menunjuk salah seorang santri senior untuk memimpin adik-adik kelasnya. Kehidupan para santri yang dipisahkan dari orangtuanya bertujuan untuk meningkatkan hubungan para santri dengan kyai dan juga dengan Tuhannya.
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa pesantren berasal dari kata santri yang berarti tempat santri. Kata santri sendiri berasal dari kata cantrik (Bahasa Sansekerta, atau mungkin Jawa) yang artinya orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam system asrama yang dikenal sebagai Pawiyatan. Dalam bahasa Tamil santri berarti guru mengaji, sedangkan menurut pendapat C.C. Berg mengatakan bahwa kata santri berasal dari kata shastri, yang dalam bahasa India memiliki arti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa istilah santri merupakan gabungan dari kata saint, berarti manusia baik. Dan tra artinya suka menolong. Sehingga pesantren diartikan sebagai tempat pendidikan manusia baik-baik.

C. Peranan Pondok Pesantren
Pada awalnya pesantren merupakan pusat penggemblengan dan penyiaran nilai-nilai yang berkaitan dengan keislaman. Dalam perkembangannya, pesantren semakin memperlebar wilayahnya yang tidak hanya melulu mengakselerasikan mobilitas dalam menjejali materi-materi keagamaan, tetapi juga mobilitas untuk menumbuhkan kesadaran sosial. Pesantren masa kini tidak hanya cenderung pada kurikulum yang berbasis keagamaan, tetapi juga kurikulum yang menyentuh hubungan dengan masyarakat. Dengan demikian, pesantren bukan lagi semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, namun seharusnya juga menjadi lembaga sosial yang hidup di tengah kehidupan masyarakat sekitarnya.
Pondok pesantren sendiri merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan hasil dari budaya murni Nusantara. Keberadaan pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk ke Indonesia dengan mengadopsi system pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah ada sebelum Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan yang telah mengakar di Indonesia, Pondok Pesantren memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Pesantren menjadi lembaga pendidikan keagamaan yang relevan karena membebankan biaya yang murah bagi para santrinya.

D. Jenis Pesantren
Seiring dengan perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan umum, pada masa kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. Kemudian muncullah istilah Pesantren Salafi dan Pesantren Modern. Pesantren Salafi merupakan pesantren yang murni hanya mengajarkan Pendidikan Agama. Sedangkan Pesantren Modern adalah pesantren yang mengadopsi system pendidikan umum atau biasa dikenal dengan kurikulum.
1.    Pesantren Salafi
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja disebut Pesantren Salafi. Pola tradisional yang diterapkan dalam Pesantren Salaf adalah para santri bekerja untuk kyai mereka. Jenis pekerjaan yang mereka lakukan bermacam-macam, mulai dari bercocok tanam, mengelola perikanan, dan jenis pekerjaan lainnya. Sebagai imbalannya, sang kyai mengajari mereka ilmu agama.
Sebagian besar Pesantren Salafi menyediakan asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal untuk para santrinya dengan membebankan biaya murah atau bahkan gratis. Para santri pada umumnya menghabiskan waktu duapuluh jam sehari penuh dengan kegiatan mulai dari waktu subuh hingga malamnya mereka kembali tidur. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekoah umum untuk belajar ilmu formal,  di waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai pembimbing untuk mendalami agama dan belajar Al Qur’an.

2.   Pesantren Modern
Pesantren Modern merupakan lembaga pendidikan yang selain mengajarkan ilmu agama di dalamnya juga mengajarkan pendidikan umum. Tentu saja dengan persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu agama dibanding ilmu umum seperti matematika, fisika, kimia dan sebagainya. Meskipun pesantren jenis ini menerapkan system pendidikan modern, akan tetapi tetap menekankan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian dan pengendalian diri.
Pada pesantren modern yang memiliki materi ajar campuran, system belajarnya sama seperti di sekolah umum atau madrasah. Pesantren campuran untuk tingkat SMP biasa disebut dengan Madrasah Tsanawiyah, sementara untuk tingkat SMA disebut Madrasah Aliyah. Namun antara pesantren dan madrasah memiliki perbedaan dimana pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara madrasah tidak.



BAB II
SEJARAH PONDOK PESANTREN YANG ADA DI INDONESIA

A. Sejarah Pondok Pesantren Lirboyo
Kota santri menjadi julukan bagi Kediri. Hal ini disebabkan karena banyaknya pondok pesantren yang ada di daerah ini. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Lirboyo yang kini usianya sudah lebih dari seabad.
Lirboyo sendiri merupakan nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto Kotamadya Kediri, Jawa Timur. Di desa inilah berdiri sebuah pondokan para santri yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo. Pesantren ini berdiri pada tahun 1910 M, yang diprakarsai oleh Kya Sholeh, seorang alim dari desa Banjarmelati dan dirintis oleh salah satu menantunya, yaitu KH. Abdul Karim. Menantunya ini merupakan seorang alim yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah.
Awal mula menetapnya KH. Abdul Karim di Desa Lirboyo merupakan sejarah awal berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo. Ia mulai menetap di Lirboyo pasca kelahiran putri pertamanya yang diberi nama Hannah, yang merupakan hasil pernikahannya dnegan Nyai Khodijah (Dlomroh), putrid dari Kyai Sholeh Banjarmelati.
Yang melatarbelakangi kepindahan KH. Abdul Kari ke desa Lirboyo sendiri merupakan dorongan dari mertuanya sendiri yang pada kala itu aktif sebagai da’i. Dengan kepindahan KH. Abdul Karim ke Lirboyo, Kyai Sholeh berharap agar syi’ar agama Islam semakin menyebar luas. Di samping itu, kepindahan KH. Adul Karim juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh untuk menempatkan salah satu menantunya di desa tersebut agar masyarakanya memeluk Islam. Dengan menetapnya seorang alim sebagai penyebar dakwah di Lirboyo, diharapkan desa yang semula terkenal angker dan rawan kejahatan menjadi aman dan tenteram.
Harapan kepala desa ternyata benar-benar terwujud. Konon, ketika pertama kali KH. Abdul Karim menetap di Lirboyo dan mengadzani desa tersebut, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang. Lewat dari sebulan setelah beliau menempati tanah tersebut, beliau mendirikan surau mungil nan sederhana.
1. Santri Perdana dan Pondok Lama
Umar, seorang bocah yang berasal dari Madiun merupakan santri pertama yang menimba ilmu dari KH. Abdul Karim di Pondok Pesantren Lirboyo. Selama nyantri, Umad sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada Kyai. Selang beberapa waktu ada tiga santri yang menyusul jejak Umar. Kesemuanya berasal dari Magelang yang masing-masing bernama Yusuf, Shomad dan Sahil. Tidak lama kemudian menyusul lagi dua orang santri bernama Syamsuddin dan Maulana, berasal dari Gurah Kediri.
Kedatangan Syamsudin dan Maulana ke Lirboyo tentu saja untuk menimba ilmu agama, sama seperti santri-santri sebelumnya. Akan tetapi, baru dua hari mereka menetap di Lirboyo, semua barang-barang mereka ludes disambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman. Karena hal tersebutlah akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu dan memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halamannya.
Lambat laun, Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal masyarakat luas. Maka semakin banyaklah santri berdatangan untuk menimba ilmu agama. Untuk menghindari pencurian yang pernah terjadi, kemudian dibentuklah satuan keamanan yang bertugas keliling sekitar pondok.
2. Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo
Masjid merupakan elemen tak terpisahkan dari sebuah pondok pesantren. Di mana masjid merupakan pusat dalam kegiatan beribadah, seperti shalat berjama’ah dan lain sebagainya. Di Pondok Lirboyo sendiri awal mulanya dibangun masjid karena semakin hari semakin banyak santri yang berdatangan untuk menimba ilmu. Karena hal tersebutlah, dua setengah tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo KH. Abdul Karim memiliki gagasan untuk mulai merintis membangun masjid di sekitar Pesantren.
Masjid yang semula amat sederhana, yang atap dan dindingnya hanya beratap kayu, lambat laun masjid itu pun mengalami kerapuhan. Bahkan bangunannya hancur berantakan saat ditiupangin puting beliung. Akhirnya kakak ipar KH. Abdul Karim yang bernama KH. Muhammad berinisiatif untuk membangun kembali masjid yang telah rusak dengan bangunan yang lebih permanen.
Pembangunan masjid tersebut merupakan hasil musyawarah antara H. Ya’qub, yaitu adik ipar KH. Abdul Karim yang diutus untuk berkonsultasi dengan KH. Ma’ruf Kedunglo. Dari hasil pertemuan tersebut, akhirnya membuahkan persetujuan bahwa pendanaan untuk pembangunan masjid akan dimintakan sumbangan dari dermawan dan hartawan. Masjid itu akhirnya diresmikan pada tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1347 H/ 1928 M, bertepatan dengan acara ngunduh mantu putri kedua KH. Abdul Karim, yaitu Salamah dengan KH. Manshur Paculgowang.
Masjid tersebut dinding serta lantainya terbuat dari batu merah, gaya bangunannya bergaya klasik Jawa kuno dengan gaya arsitektur Negara Timur Tengah. Maka, untuk mengenang kembali kejayaan Islam pada abad pertengahan, atas prakarsa KH. Ma’ruf pintu yang semula hanya berpintu satu, ditambah lagi menjadi sembian, mirip kejayaan daulat Fatimiyyah.
Selang beberapa tahun, santri kian bertambah banyak. Maka masjid yang terasa sempit kemudiana diadakan perluasan dengan menambah serambi muka. Yang sebagian besar dananya dipikul H. Bisyri, dermawan dari Branggahan Kediri. Pembangunan ini dilakukan sekitar tahun 1984 M. Pada sekitar tahun 1994 M, ditambahkan lagi bangunan serambi depan masjid dengan tujuan agar cukup untuk berjama’ah para santri. Tapi pada kenyataannya, jama’ah para santri tetap saja membludak sehingga sebagian harus berjama’ah tanpa menggunakan atap. Bahkan sampai saat ini, bila berjama’ah sholat Jum’at banyak santri dan penduduk yang harus beralaskan aspal jalan umum. Untuk menjaga dan melestarikan amal jariyyah pendahu serta menghargai nilai ritual dan historisnya, sampai sekarang masjid itu dibiarkan tanpa perubahan. Hanya saja hampir setiap menjelang akhir tahun dinding-dindingnya dikapur dan sedikit ditambal sulam.

B.  Peran Pondok Pesantren Lirboyo dalam Merebut Kemerdekaan dan Mempertahankannya
Sejak zaman kolonial Belanda, Pondok Pesantren Lirboyo merupakan salah satu diantara sekian banyak pesantren yang ikut berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara tercinta. Hal ini dibuktikan pada waktu tentara Jepang datang ke Indonesia untuk menjajah dengan dalih demi kemakmuran Asia Timur Raya. Ketika mereka mengundang para Ulama ke Jakarta, maka KH. Abdul Karim selaku pengasuh Pondok Pesantren berkenan hadir bersama KH. Ma’ruf Kedunglo dan KH. Abu Bakar Bandar Kidul dengan dikawal oleh Agus Abdul Madjid Ma’ruf. Ketika Jepang mengadakan latihan di Cibasura Bogor, Residen Kediri, R. Abd. Rahim Pratalikrama memohon kesediaannya KH. Mahrus Ali untuk berangkat sebagai utusan daerah Kediri. Berhubung beliau berhalangan untuk hadir, maka diutuslah beberapa santri, antara lain Thohir Wijaya Blitar, Agus Masrur Lasem, Mahfudz Yogyakarta dan Ridlwan Anwar Kediri.
Usai menghadiri pertemuan di Bogor, segala hal dan ihwal yang mereka ketahui segera disampaikan pada seluruh santri Lirboyo. Semua itu merupakan satu usaha mngambil manfaat dalam rangka kerjasama dengan pemerintah Jepang. Akan tetapi di balik itu ada maksud lain, yaitu sebagai persiapan Indonesia merdeka. Para utusan yang telah mendapat ilmu tentang kemiliteran, segera mengadakan latihan baris berbaris di Pondok Pesantren Lirboyo. Waktu itu sekitar tahun 1943-1944 M, yang mana di Kediri sudah dibentuk barisan Hizbullah dengan kepemimpinan KH. Zainal Arifin di tingkat pusatnya. 
Pada masa itu merupakan masa-masa penuh harapan  rakyat Indonesia untuk terlepas dari cengkraman penjajah dari kepemerintahan negara yang dikenal dengan negeri Sakura itu. Rakyat sudah muak dengan segala tindakan penjajah. Mereka sangat rindu damai dalam merdeka. Betul juga, beberapa hari sesudah Hirosima dan Nagasaki yang merupakan dua kota besar di Jepang kejatuhan bom tentara sekutu, Jepang pun menyerah tanpa syarat. Akhirnya Indonesia yang sudah lama menunggu kesempatan emas dan hari-hari bersejarah itu segera memproklamirkan kemerdekaannya, tepat pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945. Kebahagiaan bangsa Indonesia termasuk santri Lirboyo tidak dapat terlukiskan lagi.[ ]



DAFTAR PUSTAKA

Jamil, Abdul dkk. Islam dan Kebudayaan Jawa. Jakarta : Gama Media, 2002.
Wahab, Rochidin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung : CV. Alfabeta, 2004.
Haedari, H. Amin. Transformasi Pesantren. Jakarta : Media Nusantara, 2007.


 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011