Preety is My Pet (Dalam Antologi "Kisah Hewan Peliharaanku")


Preety. Spontan aku memberi nama binatang yang tampak menjijikkan itu. Preety adalah seekor kucing malang sebelum akhirnya aku menemukan dia di got saat pulang sekolah. Saat itu aku kelas tiga Sekolah Dasar. Aku yang memang sangat menyukai kucing merasa iba saat pulang sekolah melihat seekor kucing kecil yang kotor, menjijikan dan tak terurus. Kedua bola matanya mengeluarkan cairan yang aku yakin akan membuat setiap orang yang melihatnya bergidik merinding. Jalannya sempoyongan disebabkan karena kakinya lemah. Kuambil dia dari dalam got dan kubawa pulang ke rumah.


“Ibu, lihat aku bawa apa...!!” Teriakku saat aku sampai di depan pintu rumah.

“Apa itu? Kucing jelek dan menjijikkan kenapa dibawa pulang...?? Cepat buang dia jauh-jauh dari hadapan Ibu... Kamu boleh saja memelihara kucing, tapi jangan asal miara dong... Nanti kalau kucing itu menularkan penyakit rabies gimana??” Rona wajah gembiraku berubah keruh saat kudengar teriakkan Ibu.

“Ini ada apa ribut-ribut begini? Panas-panas kok berisik...” Bapakku yang baru saja datang dari kebun langsung menegur mendapati Ibu tengah berteriak.

“Ini Pak, masak pulang sekolah anak kita membawa kucing menjijikkan...”

“Hush.. hush...” Bapak langsung mengusir kucing kecil itu. Dengan langkah yang tidak sempurna, kucing malang itu pun lari ketakutan. Aku hanya mampu meneteskan air mata menatap kucing itu menjauh tanpa mampu berbuat banyak, karena Bapak mencengkeram tanganku erat.

Layaknya anak seusiaku, aku pun ngambek karena perlakuan Bapak dan Ibu terhadap kucing yang kubawa. Aku langsung masuk kamar tanpa makan siang terlebih dahulu. Kuacuhkan panggilan Bapak dan Ibu yang menyuruhku makan seolah tak mendengar.

**********************************************

Dengan wajah sembab, sorenya aku keluar kamar setelah beberapa jam lamanya hanya berdiam diri di dalam kamar. Mataku terbelalak saat melihat makhluk kecil bergerak-gerak di sudut ruang tamu. Kudekati makhluk itu, dan ternyata dia adalah kucing malang yang tadi siang kuambil dari got saat pulang sekolah. Kupegang dengan kedua tangan kecilku, lalu kumandikan sehingga membuat tubuhnya menggigil. Untuk mencegah agar ia tidak kedinginan, aku pun mengeringkannya dengan kain yang sudah tidak terpakai.

Beberapa saat kemudian kucing kecil yang kuberi nama Preety sudah tidak lagi kedinginan. Ia pun tampak lebih bersih dan enak dipandang mata. Dengan maksud agar dia menjadi kuat, aku pun rela menyisihkan uang jajanku untuk membeli susu sachet yang kemudian kuberikan untuknya menggunakan wadah plastik bekas tempat ice cream. Dan ternyata Preety sangat menyukainya, dia melahapnya dengan sempurna. Ibu dan Bapakku akhirnya perlahan mampu menerima keberadaan Preety sebagai bagian dalam keluargaku.

Lambat laun Preety tumbuh menjadi kucing gemuk yang sangat menggemaskan. Preety sangat berbeda dari kucing kebanyakan. Jika kucing lain suka keluyuran di waktu malam, lain halnya dengan Preety. Preety lebih suka tinggal di rumah menemani belajarku. Saat aku tengah belajar, ia pun duduk manis di atas meja. Terkadang ia mengajak bermain ketika ia melihat goyangan bolpoint yang tengah kugunakan untuk menulis. Betapa lucunya si Preety. Aku semakin menyayanginya. Kemana pun aku pergi, dia selalu turut serta bersamaku. Hanya waktu-waktu tertentu saja ia tidak kuajak. Contohnya saat aku pergi sekolah. Aku takut jika aku membiarkannya ikut, nanti dia hilang. Seringkali aku harus sembunyi-sembunyi saat hendak berangkat sekolah. Karena jika tidak, ia pasti akan membuntutiku kemana pun aku pergi.

Dan ketika pulang sekolah, maka Preety akan langsung menyambut saat kupanggil namanya. Meskipun dia hanya seekor binatang, tetapi dia sangat cerdas dan pintar. Preety selalu menghampiri ketika namanya dipanggil. Bahkan ketika dia disuruh duduk pun, dia akan menurutinya. Aku tidak membutuhkan pelatihan khusus untuk membuatnya menjadi menurut. Aku hanya melakukannya secara refleks. Dan sebenarnya aku juga tak mengerti bagaimana awal mulanya Preety menjadi kucing luar biasa yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.

Sebelum aku memiliki Preety, sudah puluhan kali aku memelihara kucing yang kemudian mati atau hilang. Tapi dari sekian banyak kucing yang pernah aku pelihara, tak satu pun kucing ada yang seperti Preety. Rata-rata semuanya tidak begitu dekat denganku. Mereka lebih senang keluar ketimbang berdiam diri di rumah.
Sungguh pun Preety sangat berbeda dari kucing-kucing pada umumnya. Hampir tak pernah kudapati Preety keluar tanpa sepengetahuanku. Jika pun dia keluar, pastilah dia ikut ibuku jika aku sedang tidak ada di rumah.

Kebersamaanku bersama Preety yang hampir lima tahun, membuatku sangat kehilangan dan bersedih. Preety yang selalu kulihat tertidur di sampingku saat aku tidur, tiba-tiba hilang tanpa kuketahui penyebabnya. Kejadian itu terjadi saat aku duduk di kelas dua SMP. Kucari dia untuk memberinya makan. Namun selama berjam-jam kucari dia, hasilnya tetap saja nihil. Dan hilangnya dia, sampai sekarang masih menjadi misteri yang belum terungkap.
**********************************************

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011