Kunjungan IBF (Islamic Book Fair) - Sabtu, 08 Maret 2014

Bismillahirrahmanirrahiim...

Islamic Book Fair, merupakan acara tahunan yang semenjak saya tinggal di Jakarta menjadi acara wajib yang harus saya kunjungi. Tujuannya, tentu saja untuk bisa mendapatkan buku dengan harga diskon, alias lebih murah dari harga toko buku. Tahun-tahun sebelumnya, setiap acara ini berlangsung, biasanya saya sudah menyisihkan sebagian rejeki untuk membeli buku. Akan tetapi,
untuk tahun ini saya benar-benar tidak memiliki sisa uang lebih untuk membeli buku. Maka sebenarnya waktu pagi hari tanggal 08 Maret, H-2 menjelang penutupan acara Islamic Book Fair, saya hampir saja membatalkan kunjungan yang sudah saya rencanakan dari kemarin-kemarin. Bukan, bukan hanya karena tidak punya uang, tapi lantaran saya sudah membayangkan acara yang berlangsung di gedung Istora Senayan di akhir pekan seperti ini pastilah sangat padat pengunjng. Saya takut kelelahan karena kondisi fisik saya yang sedang hamil muda dan cenderung lebih mudah lelah ketimbang di tahun-tahun sebelum saya hamil. Akan tetapi, dengan pertimbangan suami juga mau ada acara, saya akhirnya memutuskan untuk tetap berkunjng, meminta suami untuk mengantarkan hingga halaman gedung sebelum ia berangkat ke tempat acara dia.


"Kamu loh hobby banget beli buku, padahal kan sekali baca juga itu buku cuma ditaruh di lemari kan? Apa nggak sayang buang-buang duit buat beli sesuatu yang hanya sekali pakai dan hanya melulu untuk koleksi?" pertanyaan seperti itu tidak hanya sekali dua saya dengar. Setiap kali ada teman yang menegur demikian, aku biasanya tersenyum, lalu menjawab seperlunya.

"Ilmu itu merupakan harta yang tak ternilai harganya. Membeli buku dan membacanya bukan merupakan pekerjaan yang sia-sia atau membuang-buang duit. Itu kan bisa jadi investasi ilmu. Dengan banyak membaca, maka banyak pula ilmu yang kita dapatkan. Buku juga bisa diwariskan untuk anak-anak saya kelak. Karena saya punya cita-cita untuk memiliki perpustakaan pribadi yang semoga menumbuhkan minat baca buat anak-anak saya kelak." usai mendengar pemaparan saya tersebut, biasanya orang tersebut hanya manggut-manggut. Entah mengerti dan paham, atau ada hal lain. Entahlah, yang penting budaya membeli buku dan membaca saya tidak merugikan orang lain bukan?

Lanjut ke acara IBF.

Sekitar pukul sepuluh, saya tiba di lokasi. Saya memandang sekeliling, panas sudah mulai terik membakar kulit. Di halaman gedung Istora, puluhan bahkan mungkin ratusan pengunjung tampak memadati lokasi. Di depan saja penuh seperti ini, apalagi di dalam ya? Pikir saya dalam hati. Dan benar saja dugaan saya. Baru saja melintasi pintu masuk, pengunjung sudah berdesak-desakan. Ada yang hanya sekedar melihat-lihat buku di stand pilihan mereka, ada pula yang sedang bertransaksi membeli buku. Saya yang tadinya berniat untuk melihat-lihat pun mengurungkan niat. Karena memang benar-benar tidak ada celah untuk bisa melihat. Akhirnya saya memutuskan untuk menuju panggung utama, ingin tahu acara apa yang sedang berlangsung di sana. (Kali ini saya benar-benar belum mengecek jadwal acara di website resmi IBF, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, sehingga begitu datang pun saya sudah tahu hendak ke mana dan mengikuti acara apa yang saya inginkan).

Dan ternyata, wow, di panggung utama tidak kalah padatnya. Usut punya usut, ternyata sedang berlangsung acara talkshow film Melukis Pelangi. Film yang diadaptasi dari kisah hidup seorang Oki Setiana Dewi, yang bukunya juga sudah beredar dengan judul serupa. Meski tempat padat dan sudah tidak ada tempat duduk tersisa, saya akhirnya ikut bergabung dengan hanya berdiri di belakang pengunjung lain. Selain karena energi saya sudah berkurang dan sudah mulai kelelahan untuk keliling dari stand satu ke stand yang lain, acara bersama OSD bagi saya merupakan acara yang sayang untuk dilewatkan. Jadilah hingga akhir saya anteng berdiri, meski kaki mulai kesemutan. Acara ini ternyata bukan untuk me-launching film Melukis Pelangi, tapi lebih merupakan promosi film yang rencananya akan digarap dengan dinaungi oleh Global Pictures. Dalam acara ini juga dijelaskan bahwa nantinya, team produksi akan mencari talent untuk bergabung dan berperan dalam film Melukis Pelangi. Dijelaskan bahwa untuk pemeran utama OSD nantinya dicari dari perempuan yang tidak berhijab, karena nantinya akan mengisahkan bagaimana seorang OSD berhijrah dari kejahiliahan menuju Allah. Subhanallah.


Usai acaranya Mbak OSD, ada acara book signing bersama OSD. Karenanya lah ada beberapa kursi yang mulai kosong karena mereka ikutan antri untuk minta tanda tangan OSD. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa duduk juga, sejenak meluruskan kaki yang sudah hampir kram karena kelamaan berdiri. Beberapa saat kemudian, dari samping kanan ada seseorang yang tiba-tiba menyapa saya. Dia adalah Aulia Ratri salah satu teman di dunia literasi yang saya kenal karena sama-sama tergabung sebagai Cekers (sebutan buat anggota CK Writing, sebuah group kepenulisan yang sering mengadakan kegiatan baik secara online maupun offline).

Acara kemudian berlanjut dengan bedah buku "Athirah" sebuah novel yang diadaptasi dari kisah hidup Jussuf Kalla, yang menceritakan tentang sosok wanita yang berperan dibalik kesuksesan Jussuf Kalla. Yaitu ibundanya yang bernama Athirah. Novel ini ditulis oleh novelis terkenal, Albertheine Endah. Yang menjadi istimewa, pada acara tersebut Bapak Jusuff Kalla bersama sang istri, Ibu Mufidah juga turut hadir. Sayangnya, penulis novelnya sendiri justru tidak turut serta.

Ada satu kalimat yang masih terngiang dalam kepala saya, yang dibacakan oleh moderator. Yaitu sebuah pesan ibunda pada Bapak JK yang terdapat dalam novel tersebut. Kurang lebihnya, kalimat tersebut ialah :
"Jussuf, kau telah mati jika hidupmu tak lagi memiliki alasan untuk bersabar."

 Acara dilanjutkan dengan grand launching gerakan #AyoNgajiTiapHari yang digagas oleh Sygma. Acara ini menghadirkan Alvin dan Hilya, juri dan juara Hafiz Indonesia yang pernah tayang di RCTI pada tahun 2013. Alvin merupakan anak laki-laki berusia 11 tahun yang telah menghafal 18 juz Al Qur'an beserta terjemahannya, dan Hilya merupakan gadis cilik berusia 5 tahun yang hafal 7 juz Al Qur'an. Subhanallah, Allahuakbar.

Acara ini benar-benar membuat saya tersentuh, betapa seorang anak kecil seperti mereka, terutama Hilya yang masih sangat belia sudah hafal Kalam-kalam Allah, sementara saya di usia yang tak lagi muda, hanya sekedar membaca Al Qur'an saja terkadang masih terbersit rasa malas. Hati saya benar-benar bergetar, mata tak kuasa meneteskan air mata, saat Hilya dibacakan sebuah ayat di juz 29, lalu Hilya disuruh untuk melanjutkan. Bacaannya sungguh sempurna, tanpa salah dan keliru sedikit pun. Subhanallah, Allahuakbar.

Dari seorang anak kecil, saya belajar betapa pentingnya kita memahami dan mengamalkan isi dari kalam Allah dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak kecil saja bisa, masa kita yang dewasa tidak bisa? Pertanyaan ini menjadi sangat menggugah hati saya. Acara yang dinaungi oleh Sygma ini tentu saja merupakan ajakan positif untuk kaum muslim agar semakin mendekatkan diri dengan Allah. Selain meluncurkan Syaamil Tab, dengan melaunching gerakan #AyoNgajiTiapHari Sygma juga mengajak untuk membudayakan hidup dengan ODOJ (One Day One Juz). Subhanallah, Allahuakbar.

Selebihnya, saya sangat-sangat bersyukur bisa mengikuti beberapa rangkaian acara di Islamic Book Fair pada 08 Maret 2014 ini. Banyak pengalaman berharga yang tentu membuat saya semakin sadar untuk semakin memperbaiki diri. Islamic Book Fair merupakan destinasi wisata keislaman yang sangat cocok untuk kita, terlebih bagi putra putri yang beranjak mencari jati diri, mereka bisa mengajak anak-anak untuk berwisata edukasi yang murah meriah di tempat ini. Akhir kata, Alhamdulillah atas segala nikmat-Mu yang telah Kau karuniakan ya Allah... ^_^

~Jakarta, 09 Maret 2014 @03.20 am~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011