Keputusan Hebat Dari Jiwa Yang Kuat

Keputusan Hebat Dari Jiwa Yang Kuat

Suatu sore dua orang perempuan terlihat duduk di sebuah bangku panjang di sudut taman.

"Kamu kenapa Tan?" Tanya Rosa pada sahabatnya. Tania.


"Aku, aku hamil Ros..." Wajahnya tertunduk. Tampak sekali tergurat penyesalan yang mendalam pada diri Tania.

"Astaghfirullahal'adziim... Siapa laki-laki biadab yang telah tega membuatmu seperti ini kawan?"

"Dia, dia Danu Ros..." Tatapannya nanar. Kali ini Tania mencoba mengangkat wajahnya yang telah sembab oleh air mata.

"Lantas? Apa kamu sudah mengatakan padanya? Kamu harus minta pertanggungjawabann dia Tania..."

"Nggak mungkin Ros. Aku nggak mungkin melakukan itu. Danu memang mencintaiku. Tapi tanpa sepengetahuannya ternyata sejak jauh hari ia telah dijodohkan dengan putri teman ayahnya. Yaitu Ratri. Ratri gadis yang baik dan soleha. Minggu depan mereka akan menikah. Aku nggak mungkin menghancurkan kebahagiaan mereka. Terlebih lagi aku nggak mau hati mbak Ratri terluka..."

"Tapi Tan, kamu harus jujur sama Danu. Kalau nggak, apa yang bakal kamu ucapkan di depan orang tuamu? Apa kamu berniat menggugurkan kandunganmu?"

‎"Nggak Tan, aku nggak mungkin menggugurkan janin dalam kandunganku. Ini salahku. Ini dosaku. Aku akan menanggung segala konsekuensinya tanpa harus kembali berbuat dosa..." Air matanya menderas. Kecamuk rasa mendera hatinya. Betapa ia merup...akan sosok yang begitu luar biasa. Tania berani menanggung resiko tanpa harus melibatkan orang lain. Semilir angin menerpa rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. Segundah apapun hatinya, sesakit apapun luka yang ia rasa, Tania tetap berusaha tegar menghadapi hidup yang kini terasa menyiksa.

***

Tania tengah berdiam diri di taman sambil menyaksikan dua bocah yang sedang berlarian mengitari taman. Taman tempat ia dulu biasa menghabiskan waktunya bersama Danu. Laki-laki yang pernah sejenak singgah mengisi kekosongan hatinya. Namun kali ini ia hanya termangu seorang diri. Berteman sepi.

"Tania, kamu nggak mau merubah keputusanmu? Aku bisa saja menolak perjodohan ini dan pergi bersamamu..." Suara laki-laki yang tidak asing mengusik lamunannya.

"Mas Danu?"

"Iya Tania, ini aku..."

‎"Mas Danu pulanglah. Jangan kecewakan orang tua mas. Besok adalah hari pernikahan mas. Aku telah mengikhlaskan semuanya... Bahagiakan Ratri demi aku. Sungguh dia adalah perempuan yang baik..." Kemudian Tania berlalu meninggalkan Danu tanpa memberi tahu bahwa dirinya tengah mengandung darah dagingnya.

*****

Purwokerto, 15 Januari 2011.
Pukul 18.47 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011