Anugerah Cinta

Anugerah Cinta

Salwa masih bingung dengan gelagat sahabatnya. Thalia. Dua hari belakangan Thalia terlihat murung dan senang menyendiri.

“Thalia, kamu kenapa sayang?”


“Aku malu Wa…..”

“Malu kenapa?” Salwa heran dengan jawaban Thalia.

“Dua hari yang lalu aku mengungkapkan cinta sama kak Iqbal…..” Deg. Salwa terkejut dibuatnya. Sebab, ia juga memiliki perasaan yang sama terhadap ketua LDK ( Lembaga Dakwah Kampus ) di fakultasnya tersebut. Hanya saja Salwa berbeda dengan Thalia. Salwa sangat menjaga hubungan dengan kaum adam. Lain halnya dengan Thalia. Thalia yang sebenarnya juga baik hati sudah sering kali menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bahkan ia sudah lebih dari empat kali pacaran.

“Lalu…..??” Salwa berusaha menutupi keterkejutannya.

“Dia… Dia menolakku… Katanya dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya…” Jawaban Thalia membuat Salwa kembali terkejut. Namun dengan kekuatan penuh, ia berusaha berdamai dengan hatinya.

Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

Dua tahun sudah peristiwa itu berlalu. Salwa dan Thalia yang sama-sama mengambil jurusan Sastra Inggris di fakultas yang sama hampir menyelesaikan skripsinya. Namun mereka sudah tidak lagi bersama dalam satu kost. Salwa pindah ke tempat kakaknya yang sudah berkeluarga untuk membantu mengurus rumah karena kakak iparnya baru saja melahirkan putri pertamanya. Kebetulan letak rumah kakaknya tersebut tidak terlalu jauh dari kampus tempat ia kuliah. Hingga menjelang kelulusan Salwa belum pernah sekalipun bersentuhan dengan budaya pacaran yang menurutnya bukan budaya agamanya. Namun sebagai manusia normal ia juga merasakan getaran yang ia sendiri tidak bisa mengurainya dengan untaian kata. Sampai saat ini dan entah sampai kapan Salwa masih mengagumi sosok Iqbal yang ia kenal saat seminar keislaman di fakultasnya. Akan tetapi mendengar ucapan Thalia dua tahun silam bahwa Iqbal telah dijodohkan oleh orang tuanya, ia tidak yakin kekagumannya akan berbuah manis. Apalagi ia sendiri juga tidak begitu mengenal sosok laki-laki yang dikaguminya itu.

Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

Matahari baru saja naik sepenggalah. Iqbal beserta kedua orang tuanya telah berdiri di depan sebuah rumah minimalis yang tampak asri. Jantungnya berdebar kencang. Ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu dimana ia akan bertemu dengan calon istrinya untuk pertama kali. Iqbal sama sekali tidak pernah tahu sosok wanita yang dijodohkan dengannya meski hanya lewat foto. Bahkan setiap kali ia menyinggung masalah perjodohan tersebut, orang tuanya selalu saja menjawabnya dengan jawaban yang tidak kunjung memuaskan hatinya.

“Nanti juga kamu tahu sendiri nak kalau sudah waktunya…. Pokoknya, ibu jamin kamu tdak akan kecewa… Dia cantik dan soleha serta cerdas pula…”
Sebelum ayah Iqbal sempat mengetuk pintu, seorang laki-laki bertubuh gendut membuka pintu.

“Assalamu’alaikum……..” Ayah Iqbal langsung mengucap salam begitu menyadari sang tuan rumah membukakan pintu.

“Wa’alaikumsalam…… Hasan…. Lama sekali kita tidak berjumpa… Ternyata kamu sudah banyak berubah. Rupa-rupanya sudah menjadi pengusaha sukses ya…!!!”

“Ah kamu Rud, bisa saja…. Kamu juga sekarang gemuk ya? Nggak kayak dulu….”

“Ini Iqbal jagoanmu tho? Yang dulu masih ingusan waktu aku berkunjung ke rumahmu…..”

“Oh iya iya… Ini jagoanku… Ganteng kan? Iqbal, ini om Rudi……”

“Haha, iya. Ganteng mirip bapaknya. Mari silakan masuk. Nanti aku kenalkan dengan putriku yang cantik…..”

“Bu’e…. Tamu kita sudah datang….”

“Iya pak, tunggu sebentar……” Tidak lama kemudian istri pak Rudi telah bergabung di ruang tamu. Sementara dari arah dapur seorang gadis berjilbab terlihat membawa jamuan dan empat cangkir minuman.

“Thalia…..???”

“Kak Iqbal….??” Sahut gadis itu tertegun.

“Loh… loh… Ternyata kalian sudah saling kenal tho?” Ucap pak Rudi.

“Ya Allah…. Mungkinkah Thalia ini anak om Rudi yang dijodohkan denganku? Thalia, gadis yang dulu pernah aku tolak karena alasanku yang sudah dijodohkan dan tidak ingin mengecewakan ayah dan ibu? Sebenarnya bukan hanya alasan ini yang membuatku menolaknya. Namun ada hal lain yang menjadi penyebab. Lebih tepatnya aku mencintai sahabatnya…” Sejuta tanya di hati Iqbal berkecamuk.

“Iqbal, kamu kenapa nak?” Pak Rudi kembali bertanya melihat keanehan Iqbal.

“Maaf om maaf… Iya, aku sudah mengenal dik Thalia. Karena kebetulan kami satu fakultas. Hanya saja aku satu tingkat di atasnya. Jadi bisa dibilang kakak kelasnya….”

“Ooo… Jadi begitu tho ceritanya?? Pantas saja sepertinya kalian sangat terkejut….” Ayah Iqbal menimpali sambil tertawa dan diikuti oleh yang lain. Hingga semuanya membaur dalam riuh tawa yang menggema di seluruh sudut ruangan. Sementara Iqbal dan Thalia masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

“Sudah-sudah, jangan tertawa terus…!! Silakan diminum tehnya…!!”

Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

“Assalamu’alaikum…..” Tiba-tiba terdengar ucapan salam dari luar rumah.

“Wa’alaikumsalam…..” Pak Rudi beserta yang lainnya menjawab serentak.

“Eh, rupanya ada tamu tho bu…??” Gadis berkerudung biru muda masuk dan langsung menyalami serta mencium tangan kedua orang tuanya dan juga tamunya itu. Gadis itu terkejut saat kedua matanya yang indah beradu pandang dengan Iqbal. Begitupun yang terjadi pada Iqbal. Ia tidak kalah terkejut menatap wajah ayu gadis itu.

“Kak Iqbal….” Ucap gadis itu lirih.

“Nak Iqbal, ini Salwa. Putri om yang kemarin om ceritakan lewat telephone. Cantik bukan? Om yakin kamu juga pasti sudah mengenal Salwa setelah tadi kamu menjelaskan bahwa kamu adalah kakak kelas Thalia, keponakan om ini. Sebelumnya Salwa dan Thalia juga tidak mengetahui kalau mereka ternyata adalah saudara sepupu. Sebab, ibunya Salwa yang ternyata kakak dari ayah Thalia sudah lama tak berjumpa setelah dulu mereka terpisah karena perceraian kakek nenek Salwa dan Thalia. Ibunya Salwa ikut dengan ayahnya. Sedangkan ayah Thalia ikut dengan ibunya. Kami mengetahuinya setelah kemarin Thalia ikut kemari bersama ayahnya.

“Jadi? Salwa ini?” Iqbal bingung dibuatnya.

“Iya nak, putri om ini yang bakal menjadi istrimu…..”

“Subhanallah…..” Kata-kata yang diucapkan Iqbal tercekat dalam tenggorokannya. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini ia cintai ternyata adalah gadis yang sama dengan gadis yang telah dijodohkan dengannya. Sementara Salwa yang tidak tahu menahu hanya tertegun mendengar ucapan ayahnya.


Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

Purwokerto, 12 Januari 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011