FAIZAH

Faizah

Malam telah menyergap. Terang kini tergantikan gulita. Faizah belum juga terlelap. Ia menatap langit-langit kamarnya lekat. Namun hanya keramangan yang mampu ia tangkap. Lampu lima wattnya telah ia padamkan sejak dua jam yang lalu dengan maksud agar ibu kostnya mengira bahwa ia telah tertidur. Sebab, jika ia membiarkan lampu kamarnya menyala, sudah barang pasti ia akan mendapat teguran. Sekuntum do’a terlontar dari bibirnya yang merekah. Indah. Bagai kuncup-kuncup melati yang mulai bermekaran. Do’a untuk menghilangkan segala gundah yang singgah di relung kalbunya. Namun usahanya tidak lantas mendamaikan jiwa. Hingga larut malam mata Faizah masih enggan dipejamkan. Ia masih teringat dengan peristiwa sore tadi selepas dari pesantren tempat dimana ia biasa menghabiskan waktunya jika tidak ada jam kuliah. Menghabiskan waktu untuk mengajar TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) di pesantren yang terletak tidak jauh dari kostnya.

Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

Faizah tampak tergesa melangkahkan kaki menapaki gang di komplek perumahan yang merupakan akses menuju kostnya dari sebuah pesantren tempat ia mengajar mengaji. Tiba-tiba ia jatuh tersungkur karena tersandung mobil-mobilan yang melintang di tengah jalan. Mungkin mobil mainan itu tertinggal atau mungkin juga sengaja ditinggalkan oleh si empunya.

“Anti(1) tidak apa-apa ukhti(2)?” Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap telah berdiri tepat di hadapan Faizah. Sementara yang ditanya hanya diam karena terkejut.

“Ukhti, anti tidak apa-apa?” Laki-laki itu mengulang pertanyaannya.

“Oh iya, ana(3) nggak apa-apa. Afwan(4) ya, tadi ana cuma kaget aja….”

“Oh iya iya, tak apa kok. Afwan, kalau boleh tahu anti dari mana apa mau kemana?
Udah hampir maghrib gini kok masih di luar? Dan tampaknya ukhti buru-buru sekali…!!”

“Ana habis mengajar mengaji di TPQ. Ini mau kembali ke kostan….."
Sesaat lamanya mereka beradu pandang. Namun baik Faizah maupun laki-laki itu kembali menundukkan kepala. Mereka sama-sama ghodul bashar(5).

“Oya, perkenalkan, ana Fauzi. Panggil aja Fauzi atau Ozi…!!” Sambil mengangkat kedua tangan dan menelungkupkannya di depan dada yang kemudian diikuti Faizah.

“Ana Faizah…”

“Wah, menakjubkan. Namaku Fauzi dan namamu Faizah. Jodoh apa ya ukh? Hehe…” Laki-laki yang ternyata memiliki nama Fauzi itu menjawab dengan nada humor sehingga membuat Faizah tersipu karenanya.

Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

Tanpa terasa Faizah terlelap dalam tidurnya setelah sekian lama ia membayangkan peristiwa tadi sore.

Esoknya, kedua orang tua Faizah datang menjemput secara tiba-tiba. Menurut keterangan ayahnya, ia akan dikhitbah(6) oleh anak laki-laki temannya yang agama dan pekerjaannya bagus. Perjodohan itu memang sudah lama direncanakan oleh kedua pihak orang tua tanpa sepengetahuan Faizah. Sebagai anak yang berbakti dan ia yakin bahwa pilihan ayahnya pasti adalah yang terbaik, ia pun manut saja tanpa membantah. Baru sekitar tiga jam sampai di rumah, terdengar suara orang mengucap salam. Faizah yang kebetulan sedang berada di ruang depan langsung membukakan pintu.

“Wa’alikumsalam Warahmatullah… Silakan masuk…!!”

“Subhanallah…!! Anti? Anti Faizah kan? Yang kemarin terjatuh di depan rumah om Salman?”

“Dan anta(7)? Anta mas Fauzi?” Kedua orang tua dari pihak laki-laki beserta kedua orang tua Faizah yang kebetulan mengikuti dari belakang hanya terbengong-bengong menyaksikan adegan tersebut.

Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω

Diikutkan dalam lomba FF tentang perjodohan oleh Hasfa Publisher...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011