[Review] Cekers Unyu-unyu, Bacaan Sarat Gizi untuk Kaum Unyu

Judul Buku      : Cekers Unyu-unyu
Penulis             : Reni Erina
Penerbit           : PT. Elex Media Komputindo
Tahun terbit     : 2014
Tebal                : xx+155 Halaman
ISBN               : 978-602-02-3170-9
Harga               : Rp. 29.800,-




 Cekers. Bagi yang baru mendengarnya, mungkin langsung berasumsi bahwa "Cekers" merupakan "Kaki Ayam" yang rasanya sangat nikmat jika dibikin sup, apalagi jika dinikmati selagi hangat. Eits, tapi bukan itu maksudnya. Cekers di sini sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga, apalagi hubungan darah dengan makhluk yang bernama ayam. Hehe.


Cekers merupakan sebutan bagi para anggota sebuah komunitas kepenulisan, "CK Writing (Writing Studies)" di mana di dalamnya memiliki tiga Dekers yang semuanya (mengaku) unyu. Yaitu Bunda Erin, Ayah Hand, dan Abah Yoyok. Para Cekers pun memiliki kadar keunyuan yang tidak kalah jika disandingkan dengan ketiga Dekers tadi. Itulah mengapa buku ini diberi judul "Cekers Unyu-unyu".

Meski keseluruhan kisahnya fiktif dan murni rekayasa, tapi tokoh-tokoh di dalamnya merupakan sosok yang benar-benar ada di dunia nyata. Dan tentu saja, siapa pun kalian bisa berkenalan dengan para tokoh di dalamnya. Novel imut ini ditulis oleh Bunda Erin, dengan desain sampul yang lembut berwarna pink. Desainnya yang sederhana dan lembut ini tidak hanya sedap dipandang mata, tapi juga memiliki isi yang berbobot dan penuh gizi.

Novel mini dengan cover cantik ini bahkan sangat mudah untuk dibawa kemana pun kamu pergi. Kamu bisa membacanya sambil bersantai di teras rumah, duduk di atas pohon, atau bahkan ketika duduk di dalam angkutan umum. Meski bentuknya yang mini dan bisa dibaca sekali habis, tapi jangan salah sangka kalau isinya juga minim. Novel ini mengisahkan para Cekers yang sedang belajar menulis untuk bisa menjadi seorang penulis. (Iya dong belajar menulis untuk menjadi penulis? Masak belajar menulis untuk menjadi astronot? Hihihi...) Perlu kamu tahu, novel mini ini justru tidak hanya sekedar bacaan yang menghibur, tapi juga sekaligus menyajikan ilmu berupa tips-tips kepenulisan di setiap akhir bab.

Karena di dalamnya ada sepuluh bab, maka ada sepuluh pula tips-tips menulis yang disajikan. Bagian yang paling saya suka sendiri terletak pada bab terakhir, yaitu tentang plagiarisme. Perlu digarisbawahi bahwa yang namanya plagiat itu hukumnya haram dalam berkarya. Selain karena hal tersebut termasuk ke dalam tindakan melanggar hak cipta, bagi pelaku plagiarisme juga akan mendapat sanksi. Sanksi  tersebut bisa berupa sanksi moral sehingga orang akan menjudge pelakunya sebagai manusia yang terhinakan, juga bisa berupa sanksi hukum. Hiii, nggak mau kan gara-gara ketauan memplagiat karya orang terus masuk penjara?

Tokoh-tokoh di dalamnya ada Wiwi, seorang cewek yang dalam hidupnya selalu ceria dan tertawa. Ia sangat terobsesi untuk menjadi artis, selalu heboh setiap melihat kamera, dan nggak tahan setiap kali melihat cemilan. Nata yang lemotnya memiliki predikat 'kebangetan'. Niko yang memiliki bakat mengkhayal tingkat tinggi sehingga membuatnya menyukai hal-hal berbau horor. Andhika yang nekat ikut kelas menulis secara diam-diam karena ibunya tidak menyetujui cita-citanya menjadi penulis. Hilal merupakan anggota kelas terbaik yang juga cerewet, menjadi kepercayaan Ayah Hand, serta penganut Pandeglang Style karena terinspirasi dari Korean Style. Dan Ayka, cowok kurus yang memiliki hobi unik, "hobi jatuh cinta dan hobi putus cinta" serta pengin menjadi penyair seperti Ayah Hand.

Selain keenam tokoh di atas, ada banyak tokoh pendukung lainnya yang menjadi pemanis cerita. Dengan membaca novel ini, kalian yang ingin menjadi penulis akan termotivasi untuk terus menulis tanpa batas. Penyajiannya yang mengalir dan mudah dipahami, serta tips-tips menulis yang langsung bisa dimengerti tanpa harus berlama-lama mengerutkan kening menjadikan novel ini berbeda dari novel kebanyakan yang sering kamu temui. Novel ini menjadi menarik karena selain mendapat kepuasan membaca, kamu juga sekaligus mendapatkan ilmu tentang kepenulisan tanpa perlu merasa digurui.

So, bagi kalian yang mengaku unyu, belum sempurna keunyuannya kalau belum membeli dan membaca novel ini. Buruan dapatkan bukunya di seluruh toko buku di Indonesia. ^_^


Jakarta, 22 April 2014 @02.02 am

Komentar

  1. Tengkyu, Akhwa, chayaaaang....
    Muaahh.
    Moga menginspirasi agar kita semua tetap semangat berkarya ya.
    Sukaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Bunda... *PELUK*
      Ditunggu buku selanjutnya, Bund. Udah nggak sabaaaar... ^_^

      Hapus

Posting Komentar

Coment please...

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011