Banyak Cinta, Banyak Kenangan (Moment of Writing Tours of Cekers @Anyer - 26-27 Oktober 2013)

Foto bareng seluruh peserta WTC 2

Jum'at, 25 Oktober 2013. Berkali-kali kupandangi jam dinding yang setia bertengger di dinding, di ruangan kerja. Sesekali pula ekor mataku menatap keluar jendela, berharap bahwa sore ini tidak ada mendung yang menggelayut. Sebab malam nanti, aku hendak meluncur ke markas CK di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Untuk berkumpul bersama yang lainnya, sebelum esok pagi berangkat
menuju Anyer untuk menjalani karantina kepenulisan. Begitu jam kantor usai, aku langsung bergegas pulang ke rumah kontrakan. Segala perlengkapan untuk acara WTC sudah sempat aku packing dua hari sebelumnya. Maka, sebelum berangkat, aku berbenah kamar. Mencuci pakaian kotor, juga membereskan barang-barang lain yang memang berantakan. Usai berbenah, sambil menunggu suami pulang kerja, kusempatkan membuka akun facebookku. Wah, ternyata sudah ada yang tiba di markas lebih cepat. Dia adalah Nova Amalia (Fishy Here). Aku mengetahinya dari postingan Natalia Desimoro, gadis imut berkacamata, yang juga aktif di CK Writing.

Tepat pukul 20.00, akhirnya aku meluncur ke markas CK diantar suami menggunakan motor. Tapi sayang, aku sempat kesal karena sepanjang jalan dari Gandaria City hingga Pondok Indah macet total. Aku sebagai penunjuk jalan buat suamiku yang mengendarai motor sempat lupa jalan menuju markas CK. Beruntung, meski harus berlelah-lelah karena macet, lewat pukul 23.00 akhirnya aku tiba di markas CK. Ada kebahagiaan yang langsung muncul begitu mendapati wajah-wajah yang selalu penuh cinta. Ada para Dekers, Bunda Reni Erina, Ayah Handoko F Zainzam, Abah Yoyok juga Om Maulana Hudaya Putra.

Ayah Hand & Abah Yoyok
Kebetulan Dekers yang tetap di markas hanya Om Putra. Sementara Bunda dan yang lain harus pulang. Jadilah di markas kebanyakan cewek-cewek heboh yang berisiknya melebihi Ibu-Ibu PKK. Makhluk cowoknya hanya ada dua, yaitu Om Putra dan Shina si makhluk paling tenang yang sangat irit dalam berbicara. Bagaimana Shina nggak dapat julukan irit ngomong, kalau sepanjang obrolan kita tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Jangankan sepatah kata, setengahnya pun tidak. Hehehe. Semakin malam beranjak larut, tampaknya Shina sudah mulai ngantuk. Tapi kami, para cewek justru semakin seru berbincang. Maka Shina pun dikamarin (maksudnya disuruh tidur saja di kamar, dari pada ngantuk). Tapi Shina tetap bandel, dan tidak mau masuk kamar. 

-oOOo-

Shina
Setelah berlama-lama ngobrol seperti tanpa ujung, akhirnya cewek-cewek yang bermalam di markas terlelap juga. Terlelap dengan posisi tidur yang acak-acakan di sepetak kamar. Aku yang memang lelah pun langsung terlelap, hingga ketika mataku terbuka, dan kulihat jam di hapeku menunjukkan pukul 04.00, aku langsung bangun. Apalagi mendapati Nata sudah tidak ada di tempatnya. Rupanya dia sudah lebih dulu bangkit dan sedang berendam di kamar mandi. Hihihi.

Narsis menjelang tidur
Pagi harinya, akhirnya rombongan dari Jogja yang berjumlah tiga orang tiba juga, walau salah satu pesertanya sempat tertinggal kereta. Peserta yang tertinggal tersebut adalah Intan Safitri. Sementara dua lainnya adalah Kak Arin yang datang jauh-jauh dari Bali, juga cowok bernama Rifki Hardiyanto. Pagi itu, menjelang keberangkatan ke Anyer, suasana markas penuh sukacita. Setelah peserta lengkap, bis yang membawa kami pun akhirnya meluncur di jalan tol, menuju ke Anyer.

Tiba di Anyer, kami langsung digiring ke penginapan, Casa Krakatoa, untuk pembagian kamar. Kebetulan, aku satu kamar dengan Intan Safitri, Dahlia Sari, dan Kak Ruby Astari. Teman baru yang baru aku kenal di acara WTC, yang langsung akrab dan menjadi teman yang menyenangkan. Banyak cerita, banyak sharing, dan banyak pelajaran yang diambil dari percakapan kami. Terlebih tentang cerita horor, dengan Mbak Ruby sebagai ahlinya. *Ooops.
Kak Ruby, Lia (kerudung hitam), Aku (kerudung cokelat), & Intan kerudung biru)
-oOOo-

Usai welcome drink di dekat kolam renang, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di kamar masing-masing. Pukul 14.00, peserta WTC 2 berkumpul untuk mengikuti sesi pelatihan puisi bersama Ayah Hand, Abah Yoyok dan Om Putra. Sebenarnya mataku terkantuk-kantuk akibat lelah karena menempuh perjalanan jauh. Tapi diskusi puisi yang seru itu membuat semangatku bangkit. Wajar, aku yang memang minim pengetahuan menjadi bersemangat untuk mengetahui lebih dalam tentang seluk beluk puisi, di mana di situ kita bisa bertanya dengan puas pada pakarnya. Dan sore harinya selepas ashar, adalah acara bebas. Sebagian besar memutuskan untuk berenang di pantai, bermain air. Bahkan aku juga ikut basah karena ada yang menciprati air. Untung saja tidak ada yang berhasil mendorongku untuk ikut tercebur ke laut. Pokoknya, bermain-main di pantai sore itu sangat seru dan mengasyikkan. Terutama saat salah satu peserta mendorong Dewi Sarah hingga terjatuh. Duh, kasihan banget. Kalau aku digituin, mungkin sudah langsung marah. Hehe.

di tepi pantai, sore hari

di tepi pantai, sore hari


Sore itu, aku sendiri memang tidak niat untuk ikut berenang. Aku hanya ingin mencari objek untuk dipotret, sambil menikmati sunset yang indah. Ada banyak kenangan, ada banyak cerita, juga inspirasi yang seolah tanpa batas. Hingga matahari sempurna tenggelam di kaki langit, barulah semua kembali ke penginapan, sambil menunggu waktu makan malam. Usai makan malam itulah sesi pembahasan cerpen bersama Bunda Reni Erina berlangsung. Ada delapan naskah yang dikomentari, termasuk di dalamnya cerpenku yang memiliki kesalahan fatal dengan kata 'Sejuta Umat'-nya, juga cerpen tujuh peserta lainnya. Ada tangan di perpustakaan, ada aku yang tiba-tiba menjadi Reza, ada tentang jualan cendol, ada tentang operasi mata, dan lain sebagainya. Di situ, cerpen dari hasil lomba memang dikupas habis, hingga membuatku semakin paham dalam membuat sebuah cerpen yang baik. Tinggal mengaplikasikannya saja yang (lumayan) susah dan butuh latihan ekstra.

Usai mengupas cerpen hasil lomba, kemudian pindah dari restaurant ke samping kolam renang. Malam beranjak meninggi, dan diskusi semakin seru karena di samping kolam renang tersebut pengumuman lomba puisi dan lomba cerpen diumumkan. Ada tiga nama untuk kategori puisi, juga tiga nama untuk kategori cerpen. Kategori puisi diraih oleh Sri Rahayu Yuliani, Kak Nikotopia dan Intan Safitri. Sementara kategori cerpen diraih oleh Shina El Buchorie sebagai juara tiga, Aulia Ratri sebagai juara harapan satu, serta Intan Safitri sebagai juara harapan dua. Busyet deh, Intan ternyata nggak sia-sia datang jauh-jauh dari Jogja hingga ketinggalan kereta. Ternyata dia membawa dua kemenangan sekaligus. Oh iya, kategori cerpen tidak terdapat juara satu dan dua karena berdasarkan penilaian dewan juri tidak ada yang memenuhi kriteria untuk juara tersebut.
-oOOo-

narsis pagi-pagi
Malam tanpa terasa berlalu dengan cepat. Rasa-rasanya baru sekejap memejamkan mata, tahu-tahu terbangun sudah subuh. Dan aku pun bergegas melawan hawa dingin dengan langsung mandi. Pagi-pagi, sebelum acara kumpul untuk sarapan, aku menyempatkan diri jalan-jalan ke pantai. Ternyata banyak juga yang sedang menikmati suasana pantai di pagi hari, ada juga yang sekedar untuk berfoto-foto, mengabadikan setiap jengkal kenangan di Anyer.

narsis pagi-pagi



Pada pagi hari itu, di tepi pantai, banyak canda hingga menimbulkan tawa yang berderai. Berebut minta difoto, takut ketinggalan moment langka tersebut. Yang tadinya pendiam pun jadi gila kamera, terutama si Jeng Wiewie Wie, yang tingkahnya sudah macam artis saja. Hihihi. Ya, bagaimana aku nggak bilang begitu. Orang setiap kali ada jepretan, mukanya selalu saja nongol, dan maksa minta supaya nongol. ^_^

Kak Niko sedang menyampaikan materi penulisan skenario

Usai sarapan dengan Ubi rebus dan bakwan, kemudian lanjut diskusi dan pelatihan penulisan skenario bersama Kak Nikotopia dan Kak Andhika, yang merupakan pakar di bidang tersebut. Ternyata, mereka itu sangat ramah dan sangat menyenangkan. Banyak diskusi tentang tekni penulisan skenario, hingga games membuat judul dadakan. Dan "Kubuang Cintaku di Bantar Gebang" milik Shina berhasil menjadi pemenangnya.


Kak Dhika, juga pemateri tentang penulisan skenario



Kesimpulan yang bisa kuambil dari sesi pelatihan ini adalah, ternyata menulis skenario itu gampang-gampang susah. Banyak istilah baru yang baru aku dengar, istilah yang memang seringkali digunakan dalam penulisan skenario. Seperti Cut to, VO, dan lain-lain. Yang jelas sih, sesi ini menambah wawasan. Bahwa menulis tidak sekedar berhubungan dengan cerpen, novel atau puisi. Tapi hal lain tersebut salah satunya adalah skenario.
Para peserta antusias mengikuti sesi penulisan skenario
Saking asyik dan serunya berdiskusi, sampai-sampai tidak terasa waktu semakin siang. Ingin hati untuk berlama-lama, ternyata waktu berkehendak lain. Sesi ini diakhiri dengan kesan dan pesan dari masing-masing peserta WTC yang disampaikan secara bergiliran. Usai makan siang, dengan badan yang benar-benar lelah, akhirnya semua packing dan siap-siap untuk kembali ke Jakarta. Di tengah panas yang menyengat, bis pun melaju meninggalkan Casa Krakatoa, membawa kenangan tak terlupa. Banyak cinta, banyak cerita, banyak ilmu, banyak pengalaman dan banyak lagi hal yang tak mungkin disebutkan semuanya. Yang jelas, WTC 2 ini adalah moment indah yang meninggalkan banyak kesan. Miss you, semuanya. [ ]

Note :
  • Apabila terdapat kesalahan penulisan nama atau data lainnya, hal tersebut semata bukan karena kesengajaan. Namun karena minimpnya volume otak penulis yang seringkali lupa akan apa yang pernah dialaminya. xixxixiixi..
  • Dan jika ada yang merasa tidak berkenan dengan catatan ini, mohon maafkan segala khilaf sang penulis, ya? ^_^

Komentar

Posting Komentar

Coment please...

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011