Di Suatu Sore, Ketika Senja Berkabut

Senja mulai mengukir senyumnya di atas petala langit
Kulihat awan menggantung
Langit mendung
Kabut merangkak menyelimuti sekelilingku
Petir mulai menggemuruh
Gelap perlahan menghalangi pandangan
Ada sekat yang tiba-tiba menyumbat kerongkonganku
Aku teringat tentangmu, tentang berjuta kisah yang pernah kita lalui

Kawan, masihkah kauingat ketika kita bermain di padang ilalang?
Di sana, banyak cerita terukir
Cerita saat kita mengumpulkan bunga ilalang
Aku seringkali tertinggal olehmu ketika kita berkejar-kejaran
Dan kemudian, kau akan tertawa puas ketika aku tertatih
Lalu pada detik berikutnya kau bagai malaikat
Menggendongku yang terengah karena kelelahan mengejarmu

Ingatkah pula ketika kita beranjak dewasa?
Kita sekolah di satu SMA meski berbeda jurusan
Jurusanku IPA sebab aku bercita-cita menjadi dokter
Sementara kamu lebih memilih bahasa sesuai dunia yang kaugemari
Sastra yang katamu penuh ruh
Katamu pula sastra itu mengasyikkan
Sastra dapat membawamu menjelajahi ruang yang bahkan belum pernah kautempuh
Tentu saja dengan imajimu yang tinggi

Beranjak dewasa, kita masih dekat seperti saat kita kanak-kanak
Jika dahulu tempat bermain kita adalah padang ilalang
Maka berbeda setelah kita belajar di Perguruan Tinggi
Tempat kuliah yang jauh dari kampung halaman
Serta pula tak kita temui padang ilalang di kota tempat kita menimba ilmu
Maka rel kereta api adalah tempat baru yang mengasyikkan bagi kita berdua
Menjelang sore, saat senja mulai mengerucut di ufuk barat
Kita menelusuri sepanjang jalur rel kereta
Berpegangan tangan hingga tak terasa waktu kian beranjak malam


Kini, di manakah engkau?
Semenjak kepergianmu ke negeri Paman Sam untuk melanjutkan studimu
Aku di sini sendiri
Tanpamu yang seringkali membuatku jengkel sekaligus menjadi orang pertama yang menenangkanku kala gundah melanda
Kau pernah berjanji untuk sering bertukar kabar
Dan memang tiga bulan pertama kau menepati janjimu
Setiap malam kau selalu meneleponku
Dan pagi harinya kau mengirimku email berisi cerita tentang kegiatanmu di hari kemarin
Namun, setelah bulan ketiga hingga kini sudah terhitung tujuh tahun kau pergi
Tak ada lagi kabar darimu
Emailku tak pernah berjawab
Teleponmu pun tak bisa lagi kuhubungi
Padahal dulu janjimu akan kembali pada tahun ke-empat
Tahun di mana seharusnya menjadi tahun kelulusanmu
Namun kini, kau justru menghilang tanpa jejak
Tanpa kabar yang memberi titik terang tentang keberadaanmu

Kau tahu?
Meski demikian aku masih setia menunggu
Menunggu hadirmu kembali di hidupku
Seperti masa kecil kita yang penuh bahagia
Dan saat kau kembali, aku ingin kau tahu bahwa ada rasa yang tersimpan untukmu
Rasa yang sejak lama kusimpan rapat dalam kamar hatiku
Aku mencintaimu...

Komentar

Posting Komentar

Coment please...

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011