(KKDH) Jalan Terbaik

Hari ini, ku lepaskan kau dari hatiku…
Meninggalkan jejak kasih yang masih membias
Berpendar liar di dinding hati
Melambung bersama rona merah langit senja

Kau yang pernah sejenak singgah di pelabuhan hatiku,
Kau yang sempat memberi warna pada lembaran sejarahku,
Semoga tengah tersenyum di sana menjalani takdirmu,
Karna di sini, aku pun tersenyum menjalani takdirku
Takdir yang sebenarnya tak pernah kita harapkan
Karna takdir tersebut akhirnya menjadi penyebab hancurnya impian kita
Namun masing-masing dari kita bukankah tlah berjanji? Ingat itu akhi…!
Akhi tak perlu lagi menyesali keputusan kita…
Keputusan yang semoga menjadi jalan menggapai maghfirah dan cintaNya…

Dulu, kali pertama kita kenal karna pertemuan yang tak sengaja
Kemudian menumbuhkan benih-benih rasa yang oleh para pujangga disebut-sebut sebagai ‘cinta’…
’Cinta’ yang sebenarnya belum saatnya terlampiaskan
‘Cinta’ yang sebenarnya belum waktunya membuncah
Memang, hubungan ‘cinta’ yang kita jalani berbeda dengan kisah ‘cinta’ kebanyakan para remaja masa kini…
Frekuensi pertemuan kita hanya empat kali selama dua tahun menjalin ‘cinta’
Itu dikarenakan aku sekolah di luar kota…
Sedang kau pun waktu itu memutuskan untuk merantau ke kota berjuluk ‘Serambi Mekkah’

Hari ini, ku lepaskan kau dari hatiku…
Kau yang pernah sesaat menentramkan jiwa
Kau yang telah banyak mengajarkanku tentang makna kehidupan
Melalui tafsir Kalamullah yang menyentuh, melunglaikan sluruh persendianku…
Hingga membuatku merasa tak pantas bersanding di sampingmu!
Kau seorang hafidz, sedang aku Juzz ‘Amma pun tak lancar.
Kau ahli hadits, sedang aku? Apa yang aku bisa?

: “Dik, tak ada yang sempurna kecuali Allah! Aku mengagumimu bukan karna fisikmu, aku mengagumimu karna kepribadian dan hati yang ada di baliknya…
Aku menginginkanmu bukan untuk kesenangan dunia semata.
Aku mengharapkanmu menjadi bidadari yang kelak akan menghiasi taman surga!
Tetap istiqomah dengan keyakinanmu ya dik?”

Kalimat yang dulu pernah terlantun dari bibrmu
Kembali mengusik alam bawah sadarku
Membawaku menyelami bait mimpi masa lalu
Yang kini tlah sirna, lapuk termakan usia

Pertengahan Mei lalu, peristiwa besar mengguncang ikatan kita
Orang tuamu tak merestui hubungan ‘cinta’ yang kita jalin
Karna alasan yang menurutku, menurutmu juga jauh dari nalar…
(Ahh, dua insan yang tengah terserang virus ‘cinta’ selalu saja mencari alasan dalam rangka pembenaran tindakan mereka)

Aku bahagia ketika kau putuskan untuk lebih memihakku,
Namun bukan berarti aku mengiyakan keputusanmu,
Antara remuk redam melawan gejolak rasa,
Ku pinta kau tuk turuti keinginan orang tuamu,
Sebab mereka adalah surgamu…
Ku tak ingin kekuatan imanmu ternoda dan menjadi tak bermakna karna kedurhakaanmu…

Dengan sesungging senyum penuh keikhlasan,
Hari ini, ku lepaskan kau dari hatiku…
Melewati lorong-lorong imaji tak bertepi,
Menapaki jalan hidup yang kita pilih,
Membuang mimpi bersama membina masa depan
Dalam naungan payung ‘cinta’ yang diridhaiNya.
Semoga kelak, Allah mempertemukan kita dengan jodoh masing-masing.

Sekarang hatiku begitu lega…
Karena hari ini, telah ku lepaskan kau dari hatiku…
Untuk menjalani takdirmu, agar tak ada lagi luka jiwa yang menganga…


Puisi yang diadaptasi dari pengalaman pribadi penulis ini diikutsertakan dalam "Lomba Menulis-Ku Lepaskan Kau Dari Hatiku"
Persembahan buat orang yang berinisial "MC" yang semoga kini tengah bahagia menjalani kehidupannya... Walau sekarang aku tak tahu dimana dirimu berada...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011