Perjuangan Cinta, Cerdak Story Oktober 2012 yang Gagal (lagi)


Siang ini matahari bersinar terik. Usai jam pelajaran, Rolan tidak langsung beranjak dari duduknya. Rolan kasak-kusuk gak karuan. Dia naksir berat sama Akhwa, tapi gak tau gimana cara deketinnya. Masalahnya Akhwa itu cuek banget orangnya. Tomboy pula.


“Dorr…” sebuah teriakan mendarat tepat di telinga Rolan. Rolan melonjak kaget.

“Bengong aja lo. Emang mau nginep di sekolah? Nemenin para dedemit penghuni sekolah ini gentayangan? Hahahaha,” ternyata Akhwa, si cewek tomboy yang membuatnya sport jantung. Selain tomboy, Akhwa memang suka usil. Dan siang ini, lagi-lagi Rolan menjadi sasaran keusilannya.

“Ah lo Wa. Ngagetin aja. Demen banget sih lo bikin orang jantungan,” Rolan bersungut-sungut. Namun hatinya justru bergejolak seperti alunan musik disko.
***
Keesokan harinya, Rolan menceritakan isi hatinya pada Irwan, sahabatnya. Sebenarnya ia malu. Namun apa boleh buat. Cintanya sama Akhwa yang teramat besar membuatnya sejenak lupa pada rasa malu. Toh selama ini Irwan adalah sahabat yang sangat bisa dipercaya dan mampu menyimpan rahasia. Jadi, Rolan pikir tak ada salahnya ia mengeluarkan unek-uneknya pada Irwan.

“Wan, gue lagi naksir berat sama seseorang nih. Menurut lo, gue harus gimana?” Rolan membuka percakapannya.

“Hah? Serius lo, Lan? Siapa cewek itu? Cie cie,” ditanya begitu, Irwan bukannya menjawab malah balik memberikan pertanyaan.

“Janji ya jangan menertawakan?” Rolan memasang tampang serius.

“Tergantung,” Irwan cengar-cengir.

“Gue, gue jatuh cinta sama Akhwa. Gimana ya?”

“Akhwa teman sekelas kita yang duduknya selalu di pojok itu? Wkwkwk,” Irwan tak mampu menahan tawanya. Namun tawanya langsung mereda saat tangan Rolan mengangkat botol air mineral bekas. Irwan tidak mau wajahnya yang ganteng menjadi korban hantaman botol air mineral bekas. “Santai bro santai. Oke-oke. Gue salut sama lo. Akhwa itu cewek langka dan beda dari yang lainnya. Meski tingkahnya selengean, tapi dia baik hati, suka menolong, rajin menabung dan tidak sombong. Jadi, kalau lo bener-bener cinta sama dia, ayolah taklukan hatinya,” Irwan seperti gerilyawan yang tengah berpidato penuh semangat.

“Tapi, Wan,” Rolan memasang tampang ketidakpedeannya. Meski Rolan terlahir pada tanggal 28 Oktober yang artinya bertepatan dengan hari sumpah pemuda, namun ia bukan tipikal pemberani seperti para pemuda yang pada tahun 1928 dengan tegas mengikrarkan sumpah pemuda. Rolan justru tumbuh dan berkembang menjadi cowok pendiam yang malu untuk tampil di muka umum. Tapi toh namanya manusia punya hati, Rolan tetap bisa jatuh cinta seperti layaknya spesies manusia kebanyakan.

“Ah lo banyak tapinya. Buruan nyatain cinta lo sama Akhwa, sebelum gue duluan yang nembak. Hahaha,” Irwan masih semangat bergerilya untuk menyemangati Rolan. Berkat dorongan Irwan, akhirnya Rolan nekat. Dengan tekadnya yang kuat, dia berniat mengirimkan surat cinta buat Akhwa.
***

“Wan, gue butuh bantuan lo,” Rolan menarik Irwan ke pojok ruangan saat jam istirahat tiba. “Gue udah memikirkan matang-matang saran dari lo. Lo bener, gue harus bertindak cepat sebelum si Akhwa diambil orang. Sumpah, demi hidup dan mati gue, seutuhnya gue gak rela Akhwa dimiliki orang lain,” Rolan tergagap.

“Wah, bagus itu. Itu baru namanya Rolan si cowok sejati,” Irwan berdecak kagum.

“Kalau begitu, tolong lo kasihin surat cinta ini ke dia, ya?” pinta Rolan dengan muka memelas.

“Yaelah, hari gini masih pake surat cinta? Tembak langsung!" ujar Irwan.

"Mana berani, kalo ditolak?" sahut Rolan.

"Itulah perjuangan! Kayak dulu para pemuda Indonesia memperjuangkan suaranya lewat sumpah pemuda," Irwan menyahut asal. "Lo tau gak, dulu para pemuda Indonesia mengerahkan seluruh daya dan kekuatannya demi mempersatukan Indonesia. Nah lo juga kudu memperjuangkan cinta lo!"
Dituding begitu, Rolan hanya bisa manggut-manggut.

“Akhwa, lo sini deh. Rolan mau ngomong sesuatu. Penting,” Irwan teriak memanggil Akhwa begitu dilihatnya cewek tomboy itu tengah berjalan memasuki kelas. Melihat kenyataan tersebut, Rolan gugup. Gak mungkin juga ia mengklarifikasi ucapan Irwan. Yang ada, derajat Rolan sebagai cowok sejati bisa turun di hadapan Akhwa.

“Kenapa, Lan?” Akhwa bertanya dengan tampang serius.

“Ehm anu Wa. Ehm, dengan bahasa rasa yang keluar dari lubuk hati gue, gue ingin mengatakan bahwa gue cinta sama lo. Lo beda dari kebanyakan cewek. Gue pengin lo menjadi pacar gue,” glek. Rolan nggak habis pikir bagaimana kata-kata tersebut bisa keluar dari mulutnya. Ia tertunduk lesu. Antara malu dan belum siap mendengar Akhwa yang bisa-bisa menertawakannya, hati Rolan berdebar hebat.

“Oh, Rolan. Benarkah yang barusan gue dengar? Jika iya, alangkah bahagianya gue. Sudah sejak lama ingin gue denger kata-kata tersebut dari lo. Namun ternyata lo tak cukup punya keberanian untuk itu. Maafkan gue, Rolan. Gue terlanjur menerima cinta David dua hari lalu,” jedug. Rolan bagai disambar halilintar. Harapannya untuk memiliki Akhwa pupus sudah. [ ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011