Pentingnya Menciptakan Suasana Belajar Yang Menyenangkan

Pentingnya Menciptakan Suasana Belajar Yang Menyenangkan

Oleh : Akhwatul Chomsiyah Firdausa

Pendidikan dan pembelajaran. Kedua kata ini adalah kata yang saling berhubungan. Keduanya sama pentingnya dalam pencapaian tujuan negara untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berpengetahuan luas dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Dalam upaya perealisasian tujuan mencerdaskan anak bangsa, tentu saja diperlukan adanya dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari aparatur pemerintah, guru, orangtua, serta pihak peserta didik itu sendiri. Dan tentunya, dalam mewujudkan semua itu bukan perkara mudah yang bisa secara instan bisa tercapai. Untuk menjalani pembelajaran itu sendiri, suasana belajar juga harus mendukung. Suasana belajar harus terasa menyenangkan agar yang bersangkutan merasa nyaman serta menikmati belajarnya tanpa tekanan. Sebab, kenyamanan dalam menimba ilmu itu teramat sangat penting agar segala apa yang dipelajari dapat dengan mudah dicerna oleh otak. Akan tetapi, masalahnya apakah semua pihak yang saya sebutkan di atas bisa menjalankan perannya masing-masing dalam mengupayakan kenyamanan belajar? Berikut saya uraikan beberapa masalah yang seringkali dijumpai dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia.


“Belajar Itu Asyik”. Sepenggal kalimat ini sepertinya sangat tidak sebanding dengan fakta yang terjadi di lapangan. Bagi sebagian besar siswa, suasana belajar selalu dihiasi dengan nuansa jenuh dan membosankan. Hal tersebut tentu saja disebababkan oleh banyak faktor. Diantaranya, tidak adanya variasi guru dalam menyampaikan pelajaran di kelas, cara dan sistem pengajaran yang cenderung monoton, kurangnya wawasan yang terdapat pada seorang guru, dan yang paling menjengkelkan adalah terkadang terdapat guru yang dalam tanda kutip “ngeyelan”.

“Ngeyelan” di sini mengandung makna bahwa ada saja guru yang keliru namun gengsi untuk mengakui kesalahannya di depan siswa. Dan anehnya, “dia” tetap mempertahankan pendapatnya dengan sekuat tenaga. Tentu saja, tidak semua tenaga pengajar seperti itu. Karena, masih banyak pula guru yang dengan tangan terbuka mengharap masukan dari siswanya dalam rangka perbaikan serta peningkatan kualitas pengetahuan serta cara mengajar yang baik. Mereka bahkan tidak segan-segan untuk meminta pendapat siswa bagaimana sebaiknya ia menyampaikan materi agar siswa tetap enjoy dan menikmati pelajaran.

Argumen di atas saya ungkapkan bukan tanpa alasan. Namun lebih karena saya pernah mengalaminya. Saat itu, saya menyampaikan sebuah pandangan mengenai pelajaran yang tengah disampaikan oleh dosen di kampus. Kebetulan, apa yang dibahas pernah pula dibahas di bangku sekolah ketika saya duduk di bangku sekolah dasar hingga bangku SMA. Dan semuanya itu saling berkesinambungan serta selalu saja memiliki pengertian yang sama. Akan tetapi, pada kesempatan itu, saya mendapati sebuah penjelasan yang terasa sangat berbeda dengan apa yang sudah ter-mindset dalam otak saya. Sehingga, saya pun mengajukan pendapat, atau lebih tepatnya membenarkan dengan memberikan sumber akurat dari buku yang saya bawa. Akan tetapi, sang dosen justru menyanggahnya dengan alasan yang menurut saya tidak dapat dinalar dengan logika.

Sejak saat itulah, saya tidak pernah lagi berani bertanya atau menyampaikan pendapat mengenai pelajaran yang beliau sampaikan. Suasana belajar yang awalnya selalu terasa menyenangkan seketika berubah hambar dan seperti tanpa ruh. Setiap penyampaiannya membuat saya tidak lagi antusias menyimaknya dengan baik. Dan tentu saja hal ini berakibat pada turunnya minat belajar yang dampaknya membuat nilai mata kuliah saya turun.

Hal seperti di atas sebetulnya tidak perlu saya atau anda alami. Sebagai generasi penerus, hendaknya saya, anda dan kita semua menjadikan suasana belajar itu menyenangkan dengan cara masing-masing. Baik dalam belajar di kelas maupun belajar mandiri secara individu. Karena, sejatinya belajar itu bisa menjadi sangat mengasyikkan. Ya, saya berkata demikian karena setelah saya menyadari kekeliruan saya, dalam menyikapi tanggapan dosen yang tidak sependapat dengan saya tersebug, akhirnya saya bisa menemukan cara belajar yang asyik.

Mungkin, jika ditelaah secara mendalam, saat penyampaian pendapat dulu, saya menggunakan metode yang kurang tepat. Maka, di sini saya tegaskan bahwa dalam menyikapi guru, dosen, atau tenaga pengajar lainnya perlu menggunakan trik yang tidak lekas membuat suasana belajar jadi membosankan. Ada cara untuk menghindari hal semacam itu. Seperti, mengacuhkan segala tanggapan dosen terhadap argument anda yang kurang menyenangkan, sukai dosen yang menyampaikan setiap pelajaran yang disampaikan, dan perbanyak membaca untuk menambah referensi pengetahuan dalam memori ingatan anda.

Sebagian besar siswa memang tidak dipungkiri banyak menyampaikan keluhan bahwa gurunya tidak mampu mengajar dan kurang peka terhadap siswa. Metode penyampaian yang kurang enak atau beragam alasan seringkali menjadi penyebabnya, seperti contoh guru “ngeyelan” yang telah saya uraikan di atas. Hal semacam itu sungguh pun tidak perlu terjadi jika masing-masing dari kita mempunyai kesadaran akan pentingnya belajar. Terutama bagi mahasiswa dengan segala idealisme serta kemampuan berpikir yang dituntut untuk berperan serta dalam kemajuan bangsa dan negara di masa mendatang.

Jika semua mahasiswa dapat berpikir secara realistis dan kristis, maka tidak akan ada istilah bosan dalam belajar. Sebutan dosen killer tidak akan menjadi alasan untuk menjadikan mahasiswa merasa dikejar rasa takut jika tidak disiplin atau tidak mengerjakan tugas. Pun sebaliknya, mahasiswa seharusnya tidak malas-malasan jika ada dosen yang cenderung acuh serta tidak begitu peduli apakah mahasiswanya mau mengerjakan tugas atau tidak. Sebab, kebiasaan mendisiplinkan diri bukan hanya akan berdampak positif bagi kehidupan anda dan masa depan anda. Namun, disiplin dalam menjalani kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun pembelajaran di kelas juga akan berdampak pada suasana belajar yang terasa menyenangkan.

Tentunya, disiplin di sini tidak hanya perlu diterapkan dalam kegiatan belajar untuk membuat belajar itu asyik. Tetapi, disiplin mutlak diperlukan untuk mengatur pola hidup agar menjadi lebih baik. Dengan kedisiplinan, maka kegiatan anda akan lebih teratur dan ter-manage dengan pasti.

Untuk memulai langkah yang baik memang membutuhkan pengorbanan serta kerja keras. Seperti halnya disiplin itu sendiri. Langkah mendisiplinkan diri untuk membuat suasana belajar menjadi asyik dan menyenangkan diantaranya adalah dengan cara membuat jadwal belajar yang terencana dan berusahalah untuk selalu menjalaninya tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan. Usahakan semaksimal mungkin jangan sampai menyengaja untuk keluar dari jalur yang telah dibuat. Jalur di sini maksudnya adalah jadwal itu sendiri.

Jika mendapat tugas dari guru, dosen, atau entah apa namanya, segeralah untuk menyelesaikannya tanpa menunda hingga mendekati tenggang waktu yang ada. Sebab, jika tidak segera diselesaikan, maka tugas akan semakin menumpuk dan akan menjadi salah satu faktor penyebab munculnya rasa malas. Bahkan, tugas-tugas tersebut akan terbengkalai serta tidak selesai dengan sempurna. Hal ini tentu saja membuat anda merasa tidak nyaman dengan situasi belajar anda. Dan akhirnya, suasana belajar yang asyik tidak akan dapat anda rasakan. Belum lagi, kemungkinan adanya hambatan yang menyebabkan tugas anda tidak terselesaikan sangat mungkin terjadi. Karena, saat tenggang waktu untuk mengumpulkan tugas itu semakin dekat, sementara anda belum sempat mengerjakannya, bisa jadi selain adanya tugas lain yang diberikan dosen, mungkin saja ada problem atau masalah lain yang menjadi penyebab. Seperti masalah keluarga atau sakit dan beragam masalah lain yang tidak pernah bisa anda prediksi.
Pentingnya kesadaran untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan tentu saja tidak melulu harus diciptakan oleh pihak siswa (peserta didik). Namun, sebagai dosen atau tenaga pengajar juga harus memiliki kesadaran dalam upaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi murid-muridnya. Jika guru taman kanak-kanak atau guru sekolah dasar biasanya menggunakan cara seperti membagikan permen, jajanan, atau stimulan lain agar siswanya mau serius dalam belajar, maka tidak seperti itu yang dilakukan oleh guru pada lembaga pendidikan menengah hingga perguruan tinggi. Tentu saja cara-cara seperti itu sudah tidak lagi efektif diterapkan pada siswa sekolah menengah hingga perguruan tinggi.

Bagi siswa yang dikenal sedang menjalani masa pubertas, tentu saja langkah yang harus diambil oleh tenaga pengajar dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif berbeda dengan langkah menghadapi siswa taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Langkah yang bisa diambil adalah mengadakan pendekatan kepada siswa agar siswa minat serta antusias menikmati proses belajarnya. Sebagai tenaga pengajar, di sini tentunya seorang guru atau dosen perlu memiliki kesabaran ekstra serta menghilangkan sifat-sifat negatif yang bisa membuat siswanya merasa jenuh serta tidak nyaman dengan penyampaian pelajaran yang ditanganinya.

Seorang guru, seyogyanya tidak merasa gengsi jika ia memang keliru dalam menyampaikan materi. Tetapi, sebaliknya, ia harus dengan lapang dada menerima setiap pendapat serta masukan dari muridnya. Dalam hal jabatan, seorang guru memang menempati posisi yang lebih tinggi dibanding murid. Namun, yang perlu digarisbawahi, seorang guru yang baik harus senantiasa menerima setiap masukan dalam rangka perbaikan kualitasnya. Bukan malah bersikeras dengan pendapat yang mungkin saja keliru dan mengabaikan setiap pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Tugas seorang guru sangat berat. Karena, guru berperan penting dalam menyiapkan generasi bangsa untuk menjadi pribadi yang berwawasan luas serta berbudi pekerti luhur. Dalam bahasa jawa, guru merupakan akronim dari “digugu lan ditiru”, yang artinya “dicontoh dan ditiru”. Ini berarti, tindak tanduk guru merupakan cerminan serta pedoman bagi para muridnya untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswanya, hendaknya dijadikan modal utama untuk mencetak generasi penerus lebih berkualitas, yang penting diterapkan oleh para tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, tentunya diperlukan sebuah usaha keras untuk senantiasa memperbaiki pola pengajaran. Hindari pola-pola atau cara yang membuat siswa cepat bosan. Jangan menggunakan metode pengajaran yang stagnan atau monoton.

Kejenuhan serta kebosanan siswa dalam menjalani proses belajar di kelas akan terlihat dari respon yang ditunjukkan oleh siswa. Banyak macam bentuk kejenuhan yang dapat anda jumpai. Seperti contoh, seorang siswa yang merasa jenuh, akan cuek dan acuh tak acuh terhadap penyampaian yang anda sampaikan. Atau, beberapa kasus bahkan ada siswa yang dengan enjoy malah tertidur di kelas saat pelajaran berlangsung. Akibat dari kejenuhan yang secara tidak sadar datang dari tenaga pengajarnya sendiri, akan membuat siswa malas bahkan membenci pelajaran yang anda sampaikan. Akibatnya, tentu saja tujuan pendidikan yang seharusnya berprinsip untuk mencerdaskan anak bangsa tidak akan tercapai. Karena, dari kejenuhan tadi akan mencetak generasi yang “bodoh” dan malas. Tentu saja, secara tidak langsung ini adalah kesalahan anda sebagai tenaga pengajar bukan? Dan akan menjadi dosa di hadapan Tuhan. Tentu saja, tak seorang pun, termasuk anda menginginkan hal tersebut bukan? Ya, saya pastikan anda tidak mau jika hal tersebut terjadi pada anda.
Jika semua hal negatif di atas bisa teratasi dan dihilangkan, tentu saja kesan suasana belajar yang membosankan tidak perlu ada lagi. Sebaliknya, suasana belajar akan terasa menyenangkan dan membuat siswa semangat dalam menerima semua pelajaran yang disampaikan di kelas. Satu lagi point penting yang perlu anda ketahui adalah, anda telah berjasa dalam mendukung serta mewujudkan tujuan pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa dalam menjalani profesi anda. Dan yang tak kalah penting, jasa tersebut juga bernilai pahala di hadapan Tuhan. Semoga.

Kembali lagi pada pembahasan mengenai penciptaan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga menjadikan belajar itu terasa asyik bagi anak. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, tentu tidak hanya dibutuhkan dukungan dari satu pihak saja. Melainkan semua pihak yang memiliki hubungan dengan siswa. Baik lingkungan sekolah dalam hal ini adalah guru, maupun orangtua sebagai pendidik pertama bagi anak dalam sebuah keluarga.

Sebagai orangtua, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan pendidikan sebaik-baiknya kepada anak-anaknya. Orangtua harus mendukung sepenuhnya dalam kegiatan belajar anak. Untuk membuat anak menikmati suasana belajarnya, hendaknya orangtua tidak menunjukkan sikap yang bisa menurunkan bahkan menghilangkan motivasi anak dalam belajar.

Contoh kasus yang kerapkali terjadi adalah, orangtua seringkali tidak sadar ketika bertengkar di hadapan anaknya. Secara tidak langsung, anak akan merasa terganggu dan kehilangan konsentrasi dalam belajar. Atau, contoh lainnya adalah, bagi keluarga dengan kondisi ekonomi kelas menengah ke bawah, orangtua seringkali menceritakan hutang-hutangnya yang digunakan untuk membiayai sekolah anaknya tersebut. Tentu saja hal semacam itu akan sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologis anak, dan akibatnya akan menurunkan semangat belajar dan menyebabkan suasana belajarnya tidak lagi terasa asyik dan menyenangkan.

Bukan saja masalah itu yang membuat anak seringkali merasa tidak semangat dalam belajar. Namun, ada penyebab lain yang tak kalah hebat untuk menghancurkan semangat serta motivasi anak dalam belajar. Dalam kegiatan belajar, orangtua memang berkewajiban untuk mengarahkan kemana anak hendak melabuhkan cita-citanya, serta mengawasi perkembangan pendidikan anak-anaknya, dan bukan malah memaksakan kehendak agar anak menuruti semua keinginan orangtuanya.

Sebagai contohnya, seorang anak yang mau lulus SMA akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sebagai orangtua tentunya hanya berhak mengarahkan kemana sebaiknya anaknya tersebut menjatuhkan pilihan. Memutuskan pilihan jurusan apa yang hendak diambil. Agar arahan yang ditunjukkan kepada anak sesuai, hendaknya orangtua menjalin komunikasi dengan guru yang bersangkutan. Konsultasikan dengan guru, bakat apa yang dimiliki oleh anaknya tersebut, serta jurusan apa yang sebaiknya diambil.
Setelah itu, orangtua baru mengkomunikasikan dengan anak. Memberikan arahan tanpa ada kesan pemaksaan. Ya, komunikasi memang mutlak diperlukan dalam pencapaian sebuah tujuan bersama. Namun, keputusan akhir tetap diserahkan kepada anak yang bersangkutan. Jangan sampai anak salah mengambil jurusan hanya karena menuruti permintaan orangtua. Karena, jika anak mengambil jurusan yang sebenarnya tidak diminati dan tidak tulus dari dalam hatinya, anak justru akan menjalaninya dengan keterpaksaan dan hanya sekedar menyenangkan hati orangtuanya. Sesuatu yang dijalani karena terpaksa tentu saja bukan hal yang baik. Karena, anak akan merasa tidak nyaman dalam belajar.

Mending jika sang anak tetap menjalani keterpaksaannya itu hingga kuliah selesai. Yang dikhawatirkan, justru anak bukannya kuliah tapi malas-malasan dan jarang masuk sehingga kuliah terbengkalai. Kalau kejadiannya sudah begini kan biaya yang telah dikelurakan oleh orangtua hanya terbuang sia-sia. Apakah itu tidak lebih memprihatinkan lagi?

Intinya, bicara dalam sudut pandang sebagai orangtua, hendaknya orangtua tetap mendukung sepenuhnya terhadap pilihan jurusan yang diambil oleh sang anak. Karena, itu merupakan kewajiban orangtua. Selama itu adalah hal positif, kewajiban orangtua selanjutnya hanya mendukung dan memperkuat pondasi pertahanan anaknya agar tetap menikmati suasana belajarnya menjadi asyik dan menyenangkan. Dan perlu ditegaskan, bahwa semua jurusan yang ada di semua perguruan tinggi, baik swasta atau negeri, semuanya baik, tidak ada yang tidak baik. Jadi, anda sebagai orangtua tidak perlu khawatir apakah jurusan tersebut baik atau tidak.

Jadi, kesimpulan akhir yang didapat untuk menjadikan belajar itu menjadi asyik adalah, dibutuhkan kesadaran serta kerja sama antar berbagai pihak. Baik pihak guru sebagai tenaga pengajar, pihak siswa sebagai subjek yang menjalani kegiatan belajar, dan pihak orangtua yang tak kalah penting dalam menjalani peran sebagai pendukung tercapainya tujuan pendidikan.

Sebenarnya, dalam konteksnya belajar itu tidak harus dikaitkan dengan lembaga formal seperti halnya dalam gedung-gedung sekolah yang anda lihat secara fisik. Karena, sejatinya belajar itu bisa anda lakukan dimana saja dan kapan saja. Tidak melulu harus bergelut dengan buku-buku tebal.
Sebagai contoh realnya, anda bisa belajar dari tukang becak, pemulung, pedagang asongan, guru, polisi, sopir angkot, petugas kebersihan, penjual koran, pengamen jalanan, bahkan dari pengemis sekali pun. Amati serta cerna melalui logika anda untuk kemudian anda simpulkan sendiri agar anda bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi di sekitar anda.

Ketika seseorang mampu menjadikan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya menjadi ajang pembelajaran alternatif, maka seseorang akan menikmati betapa asyiknya belajar dengan caranya sendiri. Sehingga, pembelajaran yang dilakukan melalui media dengan objek peristiwa di sekitar anda, tentu saja tidak jauh beda dengan kegiatan belajar sesungguhnya yang mungkin lebih anda kenal lewat lembaga formal seperti sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Jadi, intinya setiap individu mampu menjadikan suasana belajar itu menjadi mengasyikkan jika dijalani penuh keikhlasan dan suka cita.

Bicara soal pendidikan, seolah tidak akan pernah ada habisnya seiring dengan perjalanan sang waktu. Karena, pendidikan mutlak diperlukan oleh setiap warga negara demi kemajuan sebuah bangsa. Tentu saja untuk mencapai kemajuan bangsa tersebut dibutuhkan dukungan serta peran serta masyarakat dalam mewujudkannya. Peran tersebut bisa dimulai sejak dini dengan belajar sungguh-sungguh dan mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan nyata. Untuk bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat, sekali lagi saya tekankan anda perlu menjadikan setiap kegiatan belajar anda mengasyikkan dan menyenangkan sehingga setiap apa yang anda pelajari dapat dengan mudah dicerna oleh otak anda.

Selebihnya, saya kembalikan kepada anda semua untuk menciptakan suasana belajar yang asyik dan menyenangkan. Selamat mencoba. [ ]
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Logo

Hasil Seleksi Tahap I Paramadina Fellowship (PF) 2011